Panduan dan Tips Praktis Edukasi Dunia Anak agar lebih imajinatif, cerdas dan kreatif bersama Mind Mapping, Glenn Doman, Multiple Intellegence, Brain Games, Memory, Dongeng, Cerita, Puisi, Gambar, Kartun Lucu, dan lainnya.

Kumpulan Game Kreatif, Brain Games, Brain Test

Kamis

10 Mitos Seputar Bayi dan Balita


Assalamualaikum wr wb,salam cerdas kreatif

Inilah 10 mitos seputar bayi dan balita yang sering kita dengar di sekitar kita:

1. Jemur Bayi di Pagi Hari
Anggapan bahwa bayi harus dijemur setiap pagi tak sepenuhnya betul. Bayi memang perlu dijemur di pagi hari untuk menghangatkan tubuhnya, tetapi tak perlu setiap hari. Juga, tak perlu lama-lama, cukup 10 - 15 menit saja di bawah jam delapan pagi. Terutama bila bayi anda lahir berwarna kuning. Sinar matahari pagi hari dapat menguraikan bilirubin menjadi senyawa yang larut dalam air dan akan dikeluarkan sebagai urin.

2. Susu Botol Saat Tidur
Itu hanya untuk meringankan anda saja. Memberikan susu botol pada bayi yang bangun malam hari membuat anda lebih praktis dan bayi pun segera tidur lagi. Tapi, susu botol dapat mengganggu perkembangan bayi. Karena, endapan susu dapat berkumpul di bagian gusi. Selain itu, si kecil mudah terkena infeksi telinga karena susu yang diminum dapat masuk ke saluran eustachius, penghubung antara tenggorokan bagian belakang dan telinga bagian belakang. Jadi, bila harus memberikan susu botol, angkat bayi, pangku agar kepala lebih tinggi dari badannya. Setelah itu tidurkan tanpa botol.

3. Air Dingin Membuat Bayi Kuat
Anggapan memandikan bayi dengan air dingin dapat membuat bayi kuat sangat tidak benar. Bayi justru rentan terhadap suhu dingin. Itu sebabnya setelah lahir orangtua membedong bayinya. Air dingin dapat membuat pembakaran dan metabolisme tubuh bayi meningkat, sehingga makanan dalam tubuh bisa habis untuk mengatur suhu tubuh. Bayi bisa kehabisan tenaga dan akhirnya mudah sakit. Bayi harus dimandikan dengan air hangat. Angkat sebelum bayi kedinginan dan usahakan anak dalam keadaan hangat.

4. Wajar Bayi Berliur
Memang wajar, sebab bayi hingga usia 4 tahun aktif memproduksi air liur. Namun, bila liur bayi berlebihan, kemungkinan terjadi peradangan atau infeksi di rongga mulut. Air liur juga menjadi tanda tumbuh gigi. Jadi, bukan karena akibat ngidam tak terpenuhi.

5. Bayi Boleh Ngompol

Sampai usia dua tahunan, wajar saja bila masih ngompol. Karena, kontrol air seninya belum berfungsi sempurna. Meski demikian, mengajarkan bayi buang air lebih dini lebih baik, sehingga di usia dua tahunan ia sudah bisa mengontrol kandung kemihnya. Bila sampai di atas 2 tahunan masih ngompol, waspadai kemungkinan masalah psikologis atau biologis.

6. Harus Gumoh Sesudah Makan
Gumoh atau mengeluarkan cairan makanan atau minuman sesudah ia makan atau menyusu, dilakukan bayi bila ia kekenyangan atau bila banyak udara terikut masuk saat ia makan atau menyusu. Gumoh juga bisa terjadi bila gurita bayi terlalu kencang mengikat tubuhnya atau, salah memposisikan anak saat makan, misalnya makan dengan posisi telentang. Bila ia tak mengalami itu, bayi pun tak selalu gumoh.

7. Bayi Harus Digendong
Menggendong bayi merupakan kebiasaan keluarga Indonesia. Memang membuat bayi tenang, namun tak membuat bayi melatih emosinya.
Bila otot-otot lehernya mulai kuat, ia bisa mengontrol kepala dengan baik, anda boleh mengajaknya bermain dengan mengangkat bayi tinggi-tinggi, mengayun-ayunkan, dsb. Cara tersebut dapat melatih anak mengontrol emosinya.

8. Anak ngempeng, Wajar
Banyak yang menganggapnya demikian. Itu wajar dilakukan anak di bawah usia dua tahun. Di atas usia tersebut, anak yang kecanduan ngempeng, termasuk ngempeng dengan ibu jarinya, bisa tanda si kecil mengalami gangguan psikologis. Misalnya, anak merasa tidak aman, ketakutan, kurang perhatian, tidak percaya diri dan sebagainya. Bila anak demikian, alihkan pada kegiatan lain.

9. Sehat Anak yang Selalu Berkeringat
Keringat yang keluar berlebihan bukan pertanda sehat. Tapi tanda gangguan tertentu, misalnya stres, fungsi kelenjar gondok yang berlebihan, rendahanya kadar gula, berat badan berlebih. Jadi sebaiknya waspada jika keringat anak berlebihan.

10. Anak Harus Diberi Vitamin
Bila pola makan anak bagus, sebenarnya tak perlu tambahan vitamin. Jika ingin tetap memberi anak vitamin, berikan sesuai kebutuhan, karena vitamin sangat bermanfaat bila anak membutuhkannya. Seperti, vitamin untuk meningkatkan nafsu makan, untuk menambah zat besi dan sebagainya.

Wassalam
suimber:http://www.parentsguide.co.id/smf/index.php?topic=580.0
baca selengkapnya- 10 Mitos Seputar Bayi dan Balita

Rabu

Upaya Mengatasi Sifat Pemalu Pada Anak


Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif.

Mungkin belum banyak yang faham, bahwa sifat pemalu merupakan bawaan lahir, sehingga anak yang dilahirkan dari bapak-ibu yang pemalu, biasanya akan menjadi anak pemalu juga. Namun sifat pemalu dapat dilunakkan dengan modifikasi oleh faktor lingkungan walaupun faktor genetik pun tidak bisa dihilangkan seluruhnya.

Sifat pemalu akan makin bertambah bila anak jarang diajak berkomunikasi dan bersosialisasi oleh orang tuanya. Dan bila ini dibiarkan terus berlanjut, dapat tumbuh berlebihan dan menghambat pergaulan anak.

Untuk itu, orang tua perlu berupaya serius, tekun dan tuntas untuk mengatasinya, seperti:

Identifikasi
Coba perhatikan di mana anak sering malu dan menarik diri; di sekolah? Pesta? di sekitar rumah? atau hampir di setiap kesempatan di luar rumah? Sering kali yang menjadi penyebab adalah karena anak kesulitan komunikasi dengan lingkunganya. Apa yang harus dibicarakan dengan teman-temannya? Umumnya, anak memerlukan bimbingan interaksi sosial, khususnya tentang percakapan umum dengan lingkunganya.

Beri Contoh Sikap percaya Diri
Seperti memulai ucapan salam dan menjabat tangan saat bertemu dengan tetangga atau orang tua dari teman anak. Bila anak belum kenal pada mereka, jangan lupa mengenalkannya. Jangan pernah menghina atau meremehkan orang lain didepan anak atau berlalu dihadapan orang tanpa mengucapkan kata permisi...

Ajarkan Tehnik Bersosialisasi
Undanglah anak salah seorang teman bermain dirumah. Lalu tunjukkan perilaku orang tua sendiri bagaimana caranya memperlakukan teman atau tamu ini dengan baik.

Ajarkan Anak Berani Ambil Resiko
Anak pemalu ummnya adalah sangat pencemas, takut salah, takut ditertawakan, takut menyinggung orang lain dan lain-lain. Ajarkanlah untuk tidak terlalu mencemaskan hal-hal itu tidak merugikan dirinya dan orang lain.

Dorong Perubahan Secara Bertahap
Tentu saja tak mungkin berharap perilaku anak pemalu dapat berubah dalam waktu singkat. Ingatkan saja anak pada prinsip. Kalau kamu ragu-ragu lakukan secara perlahan.

Bantu Anak Mengidentifikasi Bakat atau Hobinya
Biasanya anak pemalu cepat mengambil kesimpulan yang kadang digeneralisir. Misalnya setelah mencoba bulutangkis dan dia tidak suka anak bisa mengambil kesimpulan saya tidak suka olahraga. Maka bersabarlah dalam menggali bakat dan hobinya.

Bantulah Anak Menata Emosi
Beri rasa nyaman bagi perasaan anak, sebab umumnya anak pemalu sangant sensitif dan cepat putus asa.

Ajarkan Toleransi dan Menghargai Orang Lain.
Beri pengertian bahwa setiap orang belum tentu melakukan hal-hal yang benar. Hal ini bisa dimulai orang tua dengan mentolerir kesalahan kecil anak dan tetap memberikan penghargaa terhadap dirinya.

Jangan Beri Label Pemalu
Memberikan cap anak pemalu sama sekali tidak baik, anak justru semakin menyesuaikan perilakunya dengan label yang diberikan.

Cari Bantuan Tenaga Ahli bila diperlukan
Bila berbagai upaya sudah dilakukan, namun belum ada perubahan kearah yang positif, maka cobalah mencari bantuan ahlinya.

Semoga bermanfaat dan bila ada upaya-upaya yang lain silahkan menambahkan.
Terima kasih, wassalam.

intisari:http://www.depsos.go.id/modules.php?name=News&file=print&sid=606
baca selengkapnya- Upaya Mengatasi Sifat Pemalu Pada Anak

Selasa

Puisi "Matahariku"

Wahai Matahariku
Kau selalu muncul di pagi hari
Kau selalu ceria menyinari
Kau selalu cerah menerangi
Bagi permata yang terlindungi

Wahai Matahariku
Kau selalu pergi di sore hari
Walau sinarmu tak terlihat lagi
Tapi kau selalu berjanji
untuk muncul kembali di esok pagi


Wahai Matahariku
Kau tak pernah lelah memberi cahaya
Kau selalu tersenyum dengan sinarmu
Hingga aku sayang kepadamu
Karena engkau adalah anugerah bagiku

Terima kasih .. wahai matahariku

------------------------------------
Puisi dari sahabat Dunia Anak Kita:
Noer Chaerunisa Aprilia
Pamulang 2- Tangsel
baca selengkapnya- Puisi "Matahariku"

Senin

Seputar Anak Kidal


Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif.

"Wah, adek kalau makan dan menulis pakai tangan kanan dong, jangan tangan kiri .. " Mungkin kata-kata ini pernah terdengar di sekitar kita. Itulah yang terjadi bila orang tua belum enyadari kalau anaknya kidal.

Lalu apa itu kidal?
Kidal adalah kecenderungan seseorang yang lebih aktif anggota tubuh sebelah kiri dibandingkan sebelah kanan. Kidal bukan kekurangan ataupun suatu kecacatan.
Menurut Sylivia Weber, seorang penulis, ahli biologi dan ketua lembaga konsultasi khusus orang kidal di Jerman mengatakan," Dominasi penggunaan anggota tubuh sebelah kiri memberi tanda bahwa aktivitas otak kanannya lebih dominan.Begitu juga sebaliknya."

Anak kidal mudah dikenali dari ciri-cirinya:
  • Melakukan semua kegiatan dengan tangan kiri.
  • Refleks tangan kiri lebih cepat dibanding tangan kanannya.
  • Lebih sensitif
  • Cenederung tidak pede/percaya diri (biasanya disebabkan lingkungannya yang tidak menerima kalau dia kidal)

Untuk mengenali apakah anak kita benar kidal atau bukan, dapat dicermati saat dia berusia 2 tahun. Dan yang paling efektif adalah saat anak memasuki usia pra sekolah. Di usia ini kecenderungan perkembangan motorik anak akan semakin terlihat seperti saat dia memegang, mengambil atau melempar. Dan sifat kidal ini akan permanen di usia 6 tahun.

Kiat dalam menghadapi anak kidal:
  • Terima apa adanya.
  • Jangan paksa untuk menggunakan tangan kanan
  • Perlakukan sama dengan anak yang bukan kidal
  • Perkenalkan norma-norma sosial positif yang berlaku
  • Memahami kidal yang ada di lingkungannya, agar anak nyaman
  • Jangan katakan kalau menggunakan tangan kiri itu jelek/buruk
  • Latihlah penggunaan tangan kanannya tanpa paksaan

Dan yang paling penting adalah membantu dan mendukung anak kidal agar lebih percaya diri tanpa mengecilkan hatinya. Dengan semua itu, anak akan merasa biasa saja meskipun berbeda dengan anak lain dan anak akan nyaman serta bahagia dengan kondisinya tersebut ... InshaAllah,amin.

Semoga bermanfaat, wassalam.
intisari dari berbagai sumber
baca selengkapnya- Seputar Anak Kidal

Minggu

Cara Efektif Membacakan Buku Cerita Untuk Anak


Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif.

Dengan membaca, setiap orang akan bertambah wawasan pengetahuan, kreativitas, daya tangkap dan imajinasi atau ide. Bahkan bagi anak-anakpun, jika membaca diterapkan dengan efektif dapat meningkatkan hubungan emosional yang positif dengan orang tuanya.

Manfaat ini juga bisa kita berikan kepada anak-anak kita yang belum bisa membaca, yaitu dengan cara membacakan buku (terutama buku cerita) kepada mereka.

Agar manfaat tersebut bisa efektif, diperlukan seni membaca dengan baik dan benar :
  1. Saat membacakan buku cerita, gunakan suara yang lantang dan artikuasi yang jelas. Tujuannya: agar anak dapat sambil belajar mengucapkan kata-kata yang benar saat dia mendengarkan cerita.
  2. Penggunaan intonasi yang tepat. Gunakan nada yang tinggi saat membacakan tokoh sedang berteriak, jJangan hanya dengan nada yang datar-datar saja. Tujuannya: anak bisa belajar mengerti tentang situasi dan kondisi yang yang tepat.
  3. Ekspresi yang sesuai. Gunakan mimik muka yang ceria, saat membacakan tokoh cerita yang sedang senang, bahagia, Begitu juga sebaliknya. Tujuannya: agar anak bisa melajar mengemukakan ekspresi dengan benar.
  4. Biarkan anak bertanya. Kalaupun anak bertanya saat sedang membacakan cerita, beri jawaban yang sesuai. Ini menunjukkan kakalu anak benar-benar menyimak apa yang kita bacakan.
  5. Waktu yang terbaik. Semua waktu memang baik untuk membacakan cerita, tetapi ada loh waktu terbaiknya yaitu menjelang anak akan tidur. Ini dikarenakan kondisi yang benar-benar rileks dan nyaman.
Nah, dengan mengetahui cara-cara diatas, apa yang kita bacakan kepada anak akan mudah dimengerti dan dipahami. Dengan begitu anak kan senang, insyaAllah.

Semoga bermanfaat, wassalam.
baca selengkapnya- Cara Efektif Membacakan Buku Cerita Untuk Anak

Sabtu

Kisah Si Anak Kerang


Assalamualaikum, salam cerdas kreatif.

Untuk mengisi hari liburan ini kita mendengarkan dongeng yuuk ...!, ini dia kisahnya:

Pada suatu hari seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengaduh pada ibunya sebab sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya yang merah dan lembek. "Anakku," kata sang ibu sambil bercucuran air mata, "Tuhan tidak memberikan pada kita bangsa kerang sebuah tangan pun, sehingga Ibu tak bisa menolongmu. Sakit sekali, aku tahu
anakku. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam." "Kuatkan hatimu. Jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kau perbuat", kata ibunya dengan sendu dan lembut.

Anak kerang pun melakukan nasihat bundanya. Ada hasilnya, tetapi rasa sakit bukan alang kepalang. Kadang di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya. Dengan air mata ia bertahan, bertahun-tahun lamanya. Tetapi tanpa disadarinya sebutir
mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya. Makin lama makin halus. Rasa sakit pun makin berkurang. Dan semakin lama mutiaranya semakin besar. Rasa sakit menjadi terasa lebih wajar.

Akhirnya sesudah sekian tahun, sebutir mutiara besar, utuh mengkilap, dan berharga mahal pun terbentuk dengan sempurna. Penderitaannya berubah menjadi mutiara ; air matanya berubah menjadi sangat berharga. Dirinya kini, sebagai hasil derita bertahun-tahun, lebih berharga daripada sejuta kerang lain yang cuma disantap orang
sebagai kerang rebus di pinggir jalan.

Dari kisah anak kerang ini, bisa kita ambil makna yang lebih dalam bahwa Tuhan selalu Mencipta misteri utk kita,DIA selalu memberi apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan.Ketabahan dan keikhlasan menerima MISTERI-NYA adalah kunci utama dari MUTIARA kehidupan.

Selamat mendengarkan dan berlibur ya!
Wassalam,
sumber: http://alyaadannasywaa.multiply.com/journal/item/1
baca selengkapnya- Kisah Si Anak Kerang

Jangan Remehkan Tokoh Hero Pilihan Si Kecil


Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif.

Beberapa saat setelah film Spiderman II diluncurkan di bioskop-bioskop, banyak orang tua mengeluh kalau anaknya merengek-rengek minta dibelikan baju merah-biru bergambar jaring laba-laba ala tokoh superhero tersebut.

Tak hanya sampai di situ, dengan baju tersebut, mereka seakan-akan dapat berubah menjadi "sakti" sehingga sering berciiiat-ciaat dan melompat-lompat tanpa kenal tempat. "Saat di mal, anakku yang sedang mengenakan baju Spiderman, tiba-tiba berteriak pada kakaknya untuk mengajak lari karena Doc Oc (manusia gurita musuh Spiderman) datang. 'Awas Doc Oc dateng...' sambil tangannya menunjuk-nunjuk ke arahku. Duh malunya. Apalagi akibat teriakan kedua anakku itu, semua mata memandang ke arah kami!" keluh seorang ibu.

Memang, orang tua bisa jengkel, sebal, heran, kala si kecil mengikuti polah si tokoh idola seharian. Bahkan tak jarang yang sampai bertanya, "Nih, anak perlu dibawa ke psikolog enggak sih? Ciaaat... ciaat melulu tiap hari." Jawabannya: enggak perlu kok! Menurut Rosdiana S.Tarigan, M.Psi., MHPEd., suatu hal yang wajar kalau si batita punya tokoh hero atau tokoh yang ia sukai, kagumi, dan idolakan. Hal ini berkaitan dengan perkembangan otaknya yang sudah lebih mengerti pada apa yang ia lihat dan dengar dari suatu kejadian yang ada di sekitar dirinya. Selain itu, mereka juga mulai mempunyai kecenderungan akan sesuatu yang dia sukai dan tidak. "Aku lebih suka Power Rangers daripada Ultraman. Soalnya helm Ultraman berjambul sih," misal.

Yang juga masih dalam batas kewajaran, si batita biasanya senang berulang kali menonton film heronya atau berulang-ulang memakai baju bergambar si tokoh hero tanpa mau diganti. "Pada usia ini, kesenangan anak pada sesuatu masih terbatas. Jadi apa pun yang disuka akan dimintanya berulang-ulang setiap hari. Memang terkesan agak berlebihan kalau dilihat dari sudut pandang orang dewasa, tapi selama tak membahayakan dirinya masih tetap wajar, kok," ujar psikolog dari Empaty Development Center, Jakarta ini.

TAK HANYA YANG BERTOPENG
Yang perlu diketahui, tokoh hero yang dikagumi batita tak sebatas tokoh yang jago berkelahi dan bertopeng saja. Mereka bisa saja mengidolakan tokoh hewan yang digambarkan sebagai jagoan seperti Simba, Nemo, atau Willy si paus. Dapat juga tokoh yang digambarkan sebagai orang yang penyayang, baik hati, atau cerdik. Sebutlah Tintin, tokoh hasil rekaan Herge. Karakter tokoh berjambul ini malah diceritakan sebagai pria yang antikekerasan, cerdik, baik hati, serta jujur.

Menurut Diana, pengidolaan bisa muncul kapan saja pada setiap anak, saat ia memiliki kesan mendalam pada figur tertentu. "Orang-orang terdekat bisa juga menjadi tokoh hero bagi anak. Selain orang tua, bisa juga guru di kelompok bermainnya, kakek, atau lainnya. Anak mengagumi guru mungkin karena ia kerap diperlakukan dengan baik. Sedangkan ia terkesan pada sang kakek, mungkin karena sering mendengar cerita tentang kepahlawanannya sehingga memberi kebanggaan secara turun-temurun dalam keluarga tersebut."

Uniknya, kata Diana, pemilihan anak pada seorang tokoh idola tak kenal jender. Dalam artian, si upik bisa saja gandrung pada Superman sementara si buyung kagum pada kelincahan para Power Puff Girls. Hal ini sah-sah saja. Justru Diana mengimbau orang tua agar jangan bias jender karena baik anak perempuan dan laki-laki harus memiliki kesetaraan.

Pemujaan pada seorang tokoh hero pun tak bisa dikatakan dapat menggambarkan kepribadian anak. Jadi bukan berarti anak yang energik dan aktif pasti suka tokoh yang macho, misalnya. Bisa saja, ia menyukai figur yang lembut sifatnya. "Pemilihan anak pada suatu tokoh hero lebih pada penggambaran norma atau nilai yang dianut dalam lingkungan keluarganya. Jadi bukan pada masalah kepribadiannya," ujar Diana.

HAL YANG MESTI DIWASPADAI
Hanya saja, psikolog lulusan Universitas Indonesia ini mewanti-wanti agar orang tua memantau siapa tokoh hero yang dikagumi si kecil. Jangan sampai anak salah pilih; yang dikagumi justru tokoh antagonis yang punya karakter buruk. Ini bisa saja terjadi, umpamanya, karena anak sering terekspos film tentang penjahat sehingga dia berkeinginan jadi tokoh penjahat tersebut. Meski demikian hindari mencela dan memarahinya. Lebih baik jelaskan saja, "Dek, monster Org itu memang jago tapi dia jahat. Lihat deh, dia jadi enggak punya teman kan? Sering dikejar-kejar Power Rangers lagi!" Lalu berikan tokoh lain yang mempunyai sifat positif. "Kalau Mama senang Putri Shiela karena sering menolong Power Rangers jika sedang dalam kesulitan. Semua orang jadi sayang sama dia," misalnya.

Hal lain yang patut dicermati juga mengenai implikasi pengidolaan, karena bisa saja si kecil jadi meniru-niru perilaku tokoh pujaannya. Jika Spiderman piawai memanjat gedung, si kecil pun akan coba-coba memanjat dinding rumah. Si Upik yang memuja Barbie, mungkin akan meniru gaya berpakaian bahkan rambut si boneka cantik ini. Nah, untuk soal ini, menurut Diana, selama apa yang dilakukan anak tidak membahayakan, biarkan ia meniru-niru sang idolanya itu. Kecuali tentu jika ia sudah berbuat hal yang berisiko, semisal "terbang" dari jendela rumah karena ingin seperti Superman. Memang tak mudah bagi orang tua untuk mengatakan kepada si batita bahwa Superman hanya sekadar tokoh di film yang sebenarnya tidak bisa terbang. Penjelasan seperti itu masih terlalu kompleks diterima jalan pikirannya. Jadi cukup jelaskan, "Adek kan bukan Superman. Kalau Adek loncat dari jendela bisa jatuh dan kakinya bisa patah."

Namun, untuk menutup rasa penasaran anak akan sensasi terbang ala Superman, bisa juga, orang tua menciptakan suatu dramatic play. Misal, mengajak anak tengkurap di atas bantal yang agak tinggi untuk kemudian menggerakkan tangan dan kakinya seolah sedang terbang di suatu ketinggian. Kalaupun si batita ingin meniru perilaku melompat atau memanjat, mintalah ia melakukannya dari tempat yang tak terlalu tinggi dan terjangkau. Namun, tetap dalam pengawasan orang tua atau orang dewasa yang ada bersamanya.

MANFAAT TOKOH HERO
Jadi, saran Diana, hindari meremehkan tokoh hero si kecil, apalagi dengan kata-kata celaan, seperti, "Apa sih bagusnya Spiderman?" karena hal ini akan dapat mematikan kreativitas dan inisiatifnya. Si kecil pun akan merasa kurang kompeten dalam memilih sesuatu yang disukainya atau tokoh yang diidolakannya. Kelak, rasa penghargaan terhadap dirinya tidak terbentuk optimal.

Lagi pula jika si kecil memiliki tokoh hero, orang tua dapat memetik beberapa manfaat, yakni:

* Sebagai Media Penanaman Nilai.
Adanya pengidolaan anak pada tokoh hero dapat mempermudah orang tua dalam memasukkan berbagai nilai-nilai kehidupan. "Spiderman itu sayang sama anak baik yang mau meminjamkan temannya mainan," begitu misalnya.

* Panutan.
Umpamanya, saat anak sulit makan, kita dapat mengatakan, "Popeye jadi kuat kan kalau makan bayam. Adek kalau makan bayam juga bisa jadi jagoan."

* Menumbuhkan imajinasi. 
Bila orang tua dapat mengolah rasa suka anak pada tokoh tertentu menjadi suatu permainan yang imajinatif dan menyenangkan, maka imajinasi anak pun bisa berkembang dengan baik. Umpamanya, "Kita buat topeng kertas biar kayak Batman yuk!" Lalu apakah kesukaan anak akan suatu tokoh hero akan berlanjut terus? Tidak juga kok. Menurut Diana, dengan bertambahnya usia si kecil, tokoh hero ini bisa berganti. Namun bisa juga tidak. Tergantung seberapa sering tokoh hero tersebut terekspos dan bagaimana pola pikir anak nanti.

Jika pengidolaannya pada tokoh hero tersebut difasilitasi misalnya orang tua selalu membelikan pernak-pernik yang berkaitan dengan tokoh itu termasuk buku dan filmnya maka kesukaan anak pada idolanya bisa bertahan lama. Sebaliknya, bila ekspos tokoh tersebut dan dukungan orang tua kurang, ditambah pola pikir anak sudah lebih meningkat, kesukaannya akan tokoh hero itu hanya sesaat. Toh, berlanjut atau tidak kesenangan si kecil pada tokoh tertentu, hal ini normal saja.

Semoga bermanfaat, wassalam.
intisari: Dedeh Kurniasih. Foto: Iman/nakita
baca selengkapnya- Jangan Remehkan Tokoh Hero Pilihan Si Kecil

Jumat

Bahasa Isyarat Bayi – Penelitian dan Manfaatnya


Assalamualaikum wrwb, salam cerdas kreatif.

Bahasa isyarat bayi adalah penggunaan bahasa isyarat sederhana atau bahasa tubuh untuk membantu para orang tua, keluarga dan pekerja pengasuh anak untuk berkomunikasi dengan bayi yang belum bisa berbicara. Anda mungkin menemukan bahwa Anda sudah menggunakan sebagian dari dasar-dasarnya. Bacalah terus bagian ini untuk mengetahui manfaat dari bahasa isyarat bayi dan bagaimana memulainya.

Dari semua studi yang telah dilakukan dalam bidang ini, terdapat manfaat yang besar dari mengenalkan bayi pada bahasa isyarat. Bahasa isyarat bayi:

* Dapat memberdayakan bayi Anda untuk berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya sebelum dia dapat berbicara.
Hal ini berarti bayi Anda dapat menyampaikan apa yang diinginkannya pada saat dia menginginkannya. Ini juga memungkinkan bayi untuk memulai percakapan tentang hal-hal yang menarik baginya. Lebih jauh lagi, hal ini dapat menjembatani celah antara ketiadaan bahasa dan bahasa lisan.

* Dapat mengurangi frustrasi bagi Anda dan bayi Anda.
Bahasa isyarat memungkinkan bayi Anda untuk memberitahu Anda apa yang diinginkannya, apa yang salah atau apa yang sakit. Oleh karena itu, bayi Anda mungkin akan mengalami lebih sedikit rasa frustrasi, marah-marah dan menangis. Bila bayi Anda dapat menyampaikan kebutuhan dasarnya kepada Anda, berarti Anda tidak perlu berusaha menerjemahkan tangisannya. Bahasa isyarat dapat membantu mengurangi saat-saat frustrasi penuh air mata itu.

* Dapat memperkaya hubungan antara orang tua dan anak.
Dengan memperkenalkan bahasa isyarat bayi di dalam rumah tangga Anda, Anda memperkuat ikatan dengan bayi Anda. Sifat dari komunikasi isyarat dengan bayi mendorong Anda dan bayi Anda untuk merespon satu sama lain secara bergiliran dan ini merupakan suatu ketrampilan yang sangat berharga. Menggunakan isyarat melibatkan interaksi harian dengan bayi Anda yang lama-kelamaan akan berubah menjadi percakapan dua arah.

* Dapat memberikan pandangan mengenai pikiran bayi Anda dan siapa dia sebenarnya.
Bahasa isyarat bayi memungkinkan bayi untuk memulai percakapan dengan Anda tentang hal-hal yang menarik hatinya. Hal ini memungkinkan Anda untuk mengetahui apa yang dipikirkannya, apa yang menarik minatnya dan bagaimana dunia terlihat dari kacamatanya. Dan semua ini dapat diperoleh sebelum dia bisa berbicara!

* Dapat merangsang perkembangan intelektual dan meningkatkan daya ingat.
Anak-anak senang dengan bahasa isyarat dan seringkali memperhatikan dengan lebih baik apa yang sedang diajarkan ketika sedang menggunakannya. Telah terbukti juga bahwa ketika anak-anak mempelajari suatu kata dalam hubungannya dengan suatu isyarat, kemungkinannya lebih besar bahwa mereka akan mengingat kata tersebut.

* Dapat mempercepat proses berbicara.
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang menggunakan bahasa isyarat bisa menguasai bahasa lisan secara lebih cepat dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menggunakan bahasa isyarat.

* Dapat meningkatkan rasa percaya diri, harga diri dan ekspresi diri bayi.
Karena kemampuan bayi untuk menyampaikan kebutuhannya, keinginannya dan minatnya melalui isyarat, bayi bisa menjadi lebih percaya diri.

* Bahasa isyarat bayi dapat merangsang perkembangan otak dan berpotensial meningkatkan IQ bayi Anda.
Mengajarkan bahasa isyarat dapat merangsang perkembangan otak bayi. Penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa bayi-bayi yang menggunakan bahasa isyarat memperoleh nilai tes IQ yang lebih tinggi di masa depan (sampai 12 poin IQ lebih tinggi) daripada anak-anak yang belajar berbicara secara tradisional. Menggunakan isyarat dapat merangsang perkembangan otak karena ketika mempelajari bahasa isyarat, Anda menggunakan kedua bagian otak, kanan dan kiri, dibandingkan dengan mempelajari bahasa lisan, dimana yang digunakan hanya otak bagian kiri. Penggunaan kedua bagian otak ini menyebabkan otak membangun lebih banyak sinapsis.

* Anak-anak yang terus menggunakan bahasa isyarat secara efektif adalah anak-anak dwi bahasa.
Dengan memperkenalkan bahasa isyarat formal kepada bayi Anda, Anda memperkenalkan bayi Anda kepada sebuah bahasa kedua. Penelitian tentang otak menunjukkan bahwa ketrampilan bahasa paling baik diperoleh di tahun-tahun pertama dalam kehidupan bayi. Juga, dengan memperkenalkan bahasa isyarat formal kepada bayi Anda dan terus menggunakannya setelah dia dapat berbicara, Anda memberikan anak Anda hadiah yang memungkinkannya untuk berkomunikasi dengan para tuna rungu dan mereka yang berpendengaran terganggu.

Artikel ini ditulis oleh Jackie Durnin: Jackie Durnin adalah penulis dari “Australian Baby Hands”, menggunakan Auslan, Australian Sign Language untuk berkomunikasi dengan bayi Anda. Untuk lebih rincinya, kunjungi www.australianbabyhands.com dimana Anda dapat mendaftar untuk memperoleh tabel isyarat-isyarat yang sering digunakan secara GRATIS.

Semoga bermanfaat, wassalam
sumber & picture:http://www.huggies.co.id/BH/BeingAParent/Language/BabySignLanguage.aspx
baca selengkapnya- Bahasa Isyarat Bayi – Penelitian dan Manfaatnya

Minggu

Bagaimana Membangun Dan mendidik Karakter Anak


Assalamulaikum wr wb, salam cerdas kreatif.

’Karakter adalah kunci keberhasilan individu,'’ kata Ratna (Indonesia Heritage Foundation). Ia lantas mengutip sebuah hasil penelitian di AS bahwa 90 persen kasus pemecatan disebabkan oleh perilaku buruk seperti tidak bertanggung jawab, tidak jujur, dan hubungan interpersonal yang buruk. Didukung pula penelitian lain yang menunjukkan bahwa 80 persen keberhasilan seseorang di masyarakat ditentukan oleh emotional quotient.

Bagaimana mendidik karakter anak? Menurut Ratna Megawangi, menciptakan lingkungan yang kondusif. Anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter jika dapat tumbuh pada lingkungan yang berkarakter, sehingga fitrah setiap anak ang dilahirkan suci dapat berkembang secara optimal. Untuk itu, pendiri sekaligus direktur eksekutif Indonesia Heritage Foundation ini melihat peran keluarga, sekolah, dan komunitas amat menentukan.

Membentuk karakter
Membentuk karakter, kata Ratna Megawangi, merupakan proses yang berlangsung seumur hidup. Anak-anak, jelas ketua bagian Tumbuh Kembang Anak, Fakultas Ekologi Manusia, IPB, ini, akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter jika ia tumbuh pada lingkungan yang berkarakter pula. Dengan begitu, fitrah setiap anak yang dilahirkan suci bisa berkembang optimal. Untuk itu, ia melihat tiga pihak yang mempunyai peran penting. Yakni, keluarga, sekolah, dan komunitas.

Dalam pembentukan karakter, jelas Ratna, ada tiga hal yang berlangsung secara terintegrasi. Pertama, anak mengerti baik dan buruk, mengerti tindakan apa yang harus diambil, mampu memberikan prioritas hal-hal yang baik. Kemudian, mempunyai kecintaan terhadap kebajikan, dan membenci perbuatan buruk. Kecintaan ini merupakan obor atau semangat untuk berbuat kebajikan. Misalnya, anak tak mau berbohong. `’Karena tahu berbohong itu buruk, ia tidak mau melakukannya karena mencintai kebajikan,'’ kata Ratna, mencontohkan.

Anak mampu melakukan kebajikan, dan terbiasa melakukannya. Lewat proses itu, Ratna menyebut sembilan pilar karakter yang penting ditanamkan pada anak. Ia memulainya dari cinta Tuhan dan alam semesta beserta isinya; tanggung jawab, kedisiplinan, dan kemandirian; kejujuran; hormat dan santun; kasi sayang, kepedulian, dan kerja sama; percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah; keadilan dan kepemimpinan; baik dan rendah hati; toleransi, cinta damai, dan persatuan. Karakter baik ini harus dipelihara. Lalu, bagaimana menanamkan karakter pada anak? Mengutip hasil riset otak mutakhir, Ratna menyebut usia di bawah tujuh tahun merupakan masa terpenting. `’Salah didik memengaruhi saat ia dewasa,'’ katanya.

Mana yang disimpan?
Pendidikan karakter seharusnya dimulai saat anak masih balita. Praktisi pendidikan Edy Wiyono, pada acara yang sama, menggambarkan betapa balita masih kosong pengalaman. `’Jika ia melihat sesuatu langsung dimasukkan tanpa dipilih-pilih,'’ katanya. Itu bisa terjadi karena dalam benak balita belum ada ‘program’ penyaring.

Nah, materi yang pertama masuk pada otak anak akan berfungsi sebagai penyaring. Karena itu, Edy mengingatkan orang tua agar waspada. Sebab, jika terlambat mengisi pengalaman pada anaknya, maka bisa lebih dulu diisi pihak lain. ‘’Orang tua yang jarang berinteraksi dengan anak pada usia ini, berhati-hatilah,'’ katanya.

Anak tak hanya merekam materi yang masuk. Tapi juga yang lebih dipercaya, yang lebih menyenangkan, dan yang berlangsung terus-menerus. Saat anak sudah memasuki dunia sekolah, anak biasanya lebih percaya pada guru. Bila demikian adanya, Edy mengingatkan hal itu sebagai pertanda orang tua untuk mengevaluasi diri. `’Kita harus meningkatkan kemampuan kita untuk lebih dipercaya.'’

Bagi orang tua bekerja, Edy juga mengingatkan agar selalu menyediakan waktu bagi anak-anaknya. ‘’Hati-hati, agar jangan sampai tv menggantikan peran orang tua bagi sang anak,'’ ujarnya.

Bekerja maupun tidak, menurut Edy, orang tua harus berupaya menjadikan dirinya role model untuk membangun kepercayaan anak. Selain itu, mengupayakan komunikasi dengan anak secara menyenangkan, tidak hanya memerintah-merintah, mengkritik, dan membentak-bentak. ‘’Anak dirancang Tuhan tidak untuk dibentak-bentak,'’ ujar Edy,'’Karena sesungguhnya pendengaran anak itu amat tajam.'’

Untuk mendampingi sang anak yang tengah dalam pertumbuhan, praktisi multiple intelligences and holistic learning ini menyarankan para orang tua agar berupaya menjadi ‘konsultan pribadi’ mereka. Bagaimana caranya? Yang paling utama, Edy menyarankan kebiasaan yang dilakukan para orang tua. ‘’Stop menghakimi anak dan stop mengungkit-ungkit,'’ katanya. Ia juga mengingatkan agar tidak menggunakan amarah. Sebab, marah tidak pernah menyelesaikan masalah dengan baik. Tidak juga membanding-bandingkan anak.

Dalam berkomunikasi, orang tua hendaknya menjadi pendengar yang baik, tidak menyela pembicaraan, mengganti pernyataan dengan pertanyaan, berempati terhadap anak dan masalahnya, tidak berkomentar sebelum diminta. Kalaupun berkomentar, saran Edy, gunakan komentar yang menyenangkan. Yakni, misalnya, dengan metode ‘’rasa-rasa …'’, ‘’dulu pernah …'’.

Satu hal yang tak boleh dilupakan, kata Edy, orang tua jangan pernah membuat keputusan untuk anak. ‘’Biarkan anak yang memilih,'’ katanya. Dan, selama pertumbuhan anak, Edy menyarankan para orang tua untuk selalu membangun kedekatan dan biasakan berdialog. ‘’Agar anak terbiasa untuk meminta pertimbangan dan nasihat dari Anda.'’

Melewati Fase Kritis Anak

Ada enam fase kritis, menurut praktisi pendidikan Edy Wiyono, yang dilalui anak hingga menjadi dewasa. Orang tua dan guru hendaknya memahaminya sebagai suatu yang normal. ‘’Bahwa anak sudah pada fasenya,'’ kata narasumber Smart Parenting di Smart FM 95,9 ini. Edy memberi bantuan pada para orang tua untuk menandai dan menyikapi fase-fase pertumbuhan anaknya mulai dari balita, usia TK, usia SD, usia SMP, usia SMA, hingga usia kuliah. Satu hal yang penting tak boleh dilepaskan dalam masing-masing fase itu, Edy menyarankan, ‘’Gunakan pujian untuk perilaku, atau perubahan perilaku yang baik. Berikut lima dari enam fase yang disampaikannya beberapa waktu lalu:

Usia balita
Ciri-ciri: merasa selalu benar, memaksakan kehendak, tidak mau berbagi. Peran orang tua:
- Berikan kesempatan anak beberapa detik untuk berkuasa.
- Berikan kesempatan beberapa detik untuk memiliki secara penuh.
- Perkenalkan pada arti boleh dan tidak boleh dengan menggunakan ekspresi wajah.
- Konsisten dan jangan menggunakan kekerasan baik suara maupun fisik.

Usia TK
Ciri-ciri: konflik adaptatif, imitatif, berbagi, dan mau mengalah. Ketiga sifat terakhir ini karena anak ingin diterima dalam kelompok.
Peran orang tua:
- Beri kesempatan untuk memerhatikan, mencoba, dan bekerja sama.
- Perhatikan dan luruskan perilaku imitatif yang cenderung negatif.
- Dukunglah anak untuk bisa berbagi dan mengalah.

Usia SD
Ciri-ciri: anak ingin mendapat pengakuan diri. Karena itu, ciri-ciri utamanya punya pendapat berbeda, penampilan berbeda, gaya bicara berbeda, dan hobinya pun berbeda.
Peran orang tua:
- Menghargai pendapatnya dan jangan menyalahkan.
- Ajaklah dialog logika dan pengalaman.
- Pujilah hal-hal yang baik dari penampilannya, bantulah dengan kalimat positif untuk bisa tampil lebih baik lagi.
- Jangan langsung menyela gaya bicaranya, bangun ketertarikan dan bantulah dia untuk bisa lebih punya gaya bicara yang menarik.


Usia SMP
Ciri-ciri: anak memasuki persaingan. Karena itu anak mengalami konflik antarpersonal, konflik antarkelompok, dan konflik sosial.
Peran orang tua:
- Meningkatkan proses kedekatan dengan anak melalui dialog dan berbagai cara.
- Jadilah pendengar yang baik dan buka menjadi hakim.
- Jangan pernah menyela pembicaraan dan cerianya.
- Jangan beri komentar atau nasihat sebelum tiba waktunya.

Wallahu’alam.
sumber:http://beranda.blogsome.com/2008/02/07/membangun-karakter-anak/
baca selengkapnya- Bagaimana Membangun Dan mendidik Karakter Anak

Apa Sih Dampak Pendidikan Karakter Bagi Akademik Anak?


Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif.

Saat ini mulai marak dibicarakan mengenai pendidikan karakter. Tetapi yang masih umum diterapkan mengenai pendidikan karakter ini masih pada taraf jenjang pendidikan pra sekolah (taman bermain dan taman kanak-kanak). sementara pada jenjang sekolah dasar dan seterusnya masih sangat-sangat jarang sekali. kurikulum pendidikan di Indonesia masih belum menyentuh aspek karakter ini, meskipun ada pelajaran pancasila, kewarganegaraan dan semisalnya, tapi itu masih sebatas teori dan tidak dalam tataran aplikatif. Padahal jika Indonesia ingin memperbaiki mutu SDM dan segera bangkit dari ketinggalannya, maka indonesia harus merombak istem pendidikan yang ada saat ini.

Mungkin banyak yang bertanya-tanya sebenarnya apa sih dampak pendidikan karakter terhadap keberhasilan akademik?
Beberapa penelitian bermunculan untuk menjawab pertanyaan ini. Ringkasan dari beberapa penemuan penting mengenai hal ini diterbitkan oleh sebuah buletin, Character Educator, yang diterbitkan oleh Character Education Partnership. Dalam buletin tersebut diuraikan bahwa hasil studi Dr. Marvin Berkowitz dari University of Missouri- St. Louis, menunjukan peningkatan motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasi akademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter. Kelas-kelas yang secara komprehensif terlibat dalam pendidikan karakter menunjukan penurunan drastis pada perilaku negatif siswa yang dapat menghambat keberhasilan akademik.Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action).

Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif, dan pelaksanaannya pun harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Dengan pendidikan karakter, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi adalah bekal terpenting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena dengannya seseorang akan dapat berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis. Sebuah buku yang baru terbit berjudul Emotional Intelligence and School Success (Joseph Zins, et.al, 2001) mengkompilasikan berbagai hasil penelitian tentang pengaruh positif kecerdasan emosi anak terhadap keberhasilan di sekolah.

Dikatakan bahwa ada sederet faktor-faktor resiko penyebab kegagalan anak di sekolah. Faktor-faktor resiko yang disebutkan ternyata bukan terletak pada kecerdasan otak, tetapi pada karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Daniel Goleman tentang keberhasilan seseorang di masyarakat, ternyata 80 persen dipengaruhi oleh kecerdasan emosi, dan hanya 20 persen ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ).
Anak-anak yang mempunyai masalah dalam kecerdasan emosinya, akan mengalami kesulitan belajar, bergaul dan tidak dapat mengontrol emosinya. Anak-anak yang bermasalah ini sudah dapat dilihat sejak usia pra-sekolah, dan kalau tidak ditangani akan terbawa sampai usia dewasa.

Sebaliknya para remaja yang berkarakter atau mempunyai kecerdasan emosi tinggi akan terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi oleh remaja seperti kenakalan, tawuran, narkoba, miras, perilaku seks bebas, dan sebagainya. Pendidikan karakter di sekolah sangat diperlukan, walaupun dasar dari pendidikan karakter adalah di dalam keluarga. Kalau seorang anak mendapatkan pendidikan karakter yang baik dari keluarganya, anak tersebut akan berkarakter baik selanjutnya. Namun banyak orang tua yang lebih mementingkan aspek kecerdasan otak ketimbang pendidikan karakter.

Selain itu Daniel Goleman juga mengatakan bahwa banyak orang tua yang gagal dalam mendidik karakter anak-anaknya entah karena kesibukan atau karena lebih mementingkan aspek kognitif anak. Namun ini semua dapat dikoreksi dengan memberikan pendidikan karakter di sekolah. Namun masalahnya, kebijakan pendidikan di Indonesia juga lebih mementingkan aspek kecerdasan otak, dan hanya baru-baru ini saja pentingnya pendidikan budi pekerti menjadi bahan pembicaraan ramai.

Ada yang mengatakan bahwa kurikulum pendidikan di Indonesia dibuat hanya cocok untuk diberikan pada 10-20 persen otak-otak terbaik. Artinya sebagian besar anak sekolah (80-90 persen) tidak dapat mengikuti kurikulum pelajaran di sekolah. Akibatnya sejak usia dini, sebagian besar anak-anak akan merasa “bodoh” karena kesulitan menyesuaikan dengan kurikulum yang ada. Ditambah lagi dengan adanya sistem ranking yang telah “memvonis” anak-anak yang tidak masuk “10 besar”, sebagai anak yang kurang pandai. Sistem seperti ini tentunya berpengaruh negatif terhadap usaha membangun karakter, dimana sejak dini anak-anak justru sudah “dibunuh” rasa percaya dirinya. Rasa tidak mampu yang berkepanjangan yang akan membentuk pribadi yang tidak percaya diri, akan menimbulkan stress berkepanjangan. Pada usia remaja biasanya keadaan ini akan mendorong remaja berperilaku negatif. Maka, tidak heran kalau kita lihat perilaku remaja kita yang senang tawuran, terlibat kriminalitas, putus sekolah, dan menurunnya mutu lulusan SMP dan SMU.

Jadi, pendidikan karakter atau budi pekerti plus adalah suatu yang urgent untuk dilakukan. Kalau kita peduli untuk meningkatkan mutu lulusan SD, SMP dan SMU, maka tanpa pendidikan karakter adalah usaha yang sia-sia. Kami ingin mengutip kata-kata bijak dari pemikir besar dunia. Mahatma Gandhi memperingatkan tentang salah satu tujuh dosa fatal, yaitu “education without character”(pendidikan tanpa karakter).

Dr. Martin Luther King juga pernah berkata: “Intelligence plus character….that is the goal of true education” (Kecerdasan plus karakter….itu adalah tujuan akhir dari pendidikan sebenarnya). Juga Theodore Roosevelt yang mengatakan: “To educate a person in mind and not in morals is to educate a menace to society” (Mendidik seseorang dalam aspek kecerdasan otak dan bukan aspek moral adalah ancaman mara-bahaya kepada masyarakat)..

Wassalam.
sumber:
Russell T. Williams (Jefferson Center For Character Education-USA)
Ratna Megawangi (Indonesia Heritage Foundation)
baca selengkapnya- Apa Sih Dampak Pendidikan Karakter Bagi Akademik Anak?

Sabtu

Jumat

Bila Si kecil Susah Bangun Pagi


Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif.

Padahal tak lama lagi ia akan masuk "sekolah". Bisa-bisa setiap pagi terjadi "perang" di rumah. Nah, bagaimana menyiasatinya?

Duh, susahnya membangunkan si kecil. Padahal, tak lama lagi ia akan masuk "sekolah". Jikapun ia beranjak juga dari tempat tidur -dengan mata setengah terbuka-, bukannya langsung masuk ke kamar mandi, malah berhenti di depan sofa dan melanjutkan tidurnya.

Kalau saja "sekolah" baru dimulai beberapa bulan lagi, mungkin perilaku si kecil yang demikian masih bisa kita tolerir. Toh, masih cukup banyak waktu untuk si kecil belajar bangun pagi, sehingga kita tak perlu tergesa-gesa melatihnya. Masalahnya, "sekolah" sudah di ambang pintu. Kalau enggak dari sekarang dilatih, apa jadinya nanti begitu tiba saat masuk "sekolah"? Belum lagi kalau kita juga harus berangkat ke kantor. Sementara hari makin meninggi dan si kecil belum juga bangun, bisa-bisa tiap pagi terjadi "perang" di rumah kita. Runyam, kan?

KARENA TAK DIBIASAKAN

Masalah anak tak bisa bangun pagi, terang Rahmitha P. Soendjojo, tak bisa dilepaskan dari ritme tidurnya. "Kita harus lihat kebiasaan sebelumnya, jam berapa ia tidur malam dan bagaimana pula tidur siangnya? Apakah tidurnya larut, apakah kegiatan siangnya terlalu capai sehingga anak jadi susah tidur dan susah bangunnya?" Soalnya, masalah bangun pagi hanyalah masalah kebiasaan. Jadi, anak sebenarnya bisa bangun pagi asalkan dibiasakan. Dengan begitu, ritme tubuhnya juga akan selalu mengatur seperti itu. Jangan lupa, anak sedang dalam proses belajar. "Ia tak punya keterampilan dan pengalaman untuk bangun pagi. Jadi, kalau ia tak diajarkan untuk kapan bangun pagi, kapan tidur malam, dan kapan tidur siang, maka ia tak akan punya keterampilan untuk menata kesehariannya," lanjut Mitha, panggilan akrab psikolog pada DIA-YKAI, Jakarta, ini.

Dalam bahasa lain, bisa-tidaknya anak bangun pagi tergantung dari kebiasaan yang ditanamkan secara konsisten oleh orang tua, bukan karena kebutuhan tidurnya memang demikian. Kebutuhan tidur akan berkurang sejalan bertambahnya usia. Di usia bayi, misalnya, anak bisa tidur 5 hingga 6 kali sehari. Bayi hanya terbangun bila ia merasa lapar. Tapi di usia batita, anak biasanya tidur siang hanya sekali. Semakin besar dan beranjak remaja, ia hanya tidur malam. Lama tidur malam pun akan semakin berkurang. Anak prasekolah biasanya butuh 12 jam tidur dalam sehari. "Tapi tentu setiap anak punya kekhasannya sendiri," ujar Mitha.

Artinya, walaupun sama-sama prasekolah, namun kebutuhan tidur masing-masing anak akan berbeda-beda. Ada anak yang cukup tidur dengan 10 jam, ada pula yang baru cukup jika tidurnya mencapai 14 jam. Begitu pula kebiasaan tidur siang. Ada yang hanya tidur siang sebentar saja, namun efeknya bisa membuat si anak sampai jam 11 malam masih melek . Sebaliknya, ada anak yang sepanjang sore sudah tidur, jam 7 malam pun sudah tidur lagi. Nah, pada anak yang bangunnya siang, menurut Mitha, biasanya mempunyai jam tidur siang yang lambat pula. Akibatnya, tidur malamnya pun jadi larut.

TIDUR MALAM DIPERDINI

Bila anak tak bisa bangun pagi lantaran tidur siangnya lambat sehingga tidur malamnya jadi larut, berarti kita harus reschedule lagi. Saran Mitha, bangunkan ia lebih dini dari biasanya saat tidur siang. "Tentu dilakukannya secara bertahap. Misalnya, 15 menit lebih dini setiap hari, hingga ia bisa mencapai waktu yang tepat." Seiring dengan itu, jadwal tidur malam dan bangun paginya juga harus diperdini. Misalnya, jam 8 malam sudah harus di tempat tidur. Pokoknya, pada jam 8 malam, anak sudah dipakaikan baju tidurnya, cuci kaki dan gosok gigi, sudah minum susu hangat, lalu bacakan buku cerita. Jika saat pertama ia tak bisa tidur dan tetap ingin bermain, tak jadi masalah.

Yang penting, ia harus selalu dibuatkan jam tubuhnya bahwa jam 8 adalah waktu tidur. Lama-lama ritme tubuhnya pun akan terbentuk, pada jam 8 ia pasti tidur dan ia akan bangun jam 6 pagi. Bahkan untuk keluarga muslim akan bangun lebih pagi lagi demi membiasakannya salat subuh. Tentu saja, kala pertama kali jadwal tersebut diterapkan, akan mengalami berbagai kendala; dari anak jadi mudah rewel hingga mengamuk.

Tak apa-apa. Toh, kalau tubuhnya sudah bisa menyesuaikan diri dengan jadwal barunya, maka kendala ini pun tak akan terjadi lagi. Tubuh anak juga tak akan menderita sesuatu kalau kita hanya sekadar mengubah jam tidur tanpa mengurangi jumlahnya. Sejauh tubuhnya dapat berfungsi baik dengan jumlah tidur yang dimilikinya, berarti jumlah tidurnya cukup. Jadi, tak usah khawatir untuk mengubah jadwal tidurnya. Tapi mengubahnya dilakukan jauh-jauh hari sebelum anak masuk "sekolah", ya; minimal 2 minggu sebelumnya. Dengan begitu, kala tiba saat masuk "sekolah", ia pun sudah bisa bangun pagi. Jadi, tak ada lagi "perang" di pagi hari antara orang tua dan anak.

ORANG TUA BANGUN LEBIH PAGI

Tentunya kita perlu bangun lebih pagi dari anak. Kalau kita dan anak sama-sama bangun jam 6, misalnya, maka yang terjadi adalah kehebohan karena semuanya akan tergopoh-gopoh. Terlebih lagi bila kita juga sibuk menyiapkan diri sendiri untuk berangkat ke kantor. Bisa-bisa semuanya malah jadi berantakan. Itulah mengapa kita perlu bangun lebih awal dari anak agar kita bisa punya waktu untuk keperluan kita dan anggota keluarga lainnya lebih dulu. Setelah semua urusan tersebut beres, barulah kita bangunkan si kecil. Dengan begitu, kita jadi bisa lebih tenang dan sabar dalam menghadapi si kecil yang malas-malasan bangun.

"Anak yang dihadapi dengan kalem akan lebih cepat menurut ketimbang jika dihadapi dengan heboh, biasanya akan semakin mengambek," kata Mitha. Kemudian, pada saat membangunkannya lakukanlah dengan cara-cara yang membuat anak senang. Misalnya, dengan memeluk, mencium, membunyikan weker yang bunyinya disenangi anak, membawakan susu buatnya, membuka jendela kamarnya sehingga sinar matahari masuk, atau menggendongnya hingga ke depan kamar mandi. Bukan malah dengan omelan dan ancaman segala macam, "Nanti Mama siram pakai air, ya, kalau kamu enggak mau bangun juga!"

Wah, ini, kan, bukan pernyataan manis yang ingin didengar anak untuk mengawali hari-harinya. Setelah anak bisa bangun pagi, berilah rewards. Entah dengan membaca cerita sama-sama atau jalan-jalan di hari Sabtu. Pokoknya, kegiatan yang menyenangkan dan ada kaitannya antara orang tua-anak. Dengan demikian, anak pun terdorong untuk bangun pagi terus. Karena anak, terang Mitha, pada dasarnya selalu ingin menyenangkan orang tua. "Kalau ia berbuat baik dan orang tuanya menunjukkan rasa puas serta senang, maka anak akan mengulangi perbuatan itu. Ia akan sibuk cari sesuatu yang bagus, yang bisa bikin senang ayah-ibunya. Tapi kalau yang ia lakukan itu dianggap salah melulu, maka ia pun akan bingung, bagaimana cara yang bagus buat menyenangkan orang tuanya."

BELUM TERLAMBAT

Apabila kita lupa melatih si kecil bangun pagi sebelum tiba saat masuk "sekolah", tak ada kata terlambat, kok. Pada akhirnya si kecil akan bisa bangun pagi asalkan dilatih secara konsisten. Disamping mengubah jadwal tidurnya, saran Mitha, sebaiknya anak sudah disiapkan pada malamnya, dengan menerangkan pada anak apa yang akan terjadi esok hari dan apa saja yang harus ia lakukan. Misalnya, "Mbak, seragamnya warna apa untuk 'sekolah' besok? Mau pakai kaos kaki yang mana? Mau pakai sepatu yang mana? Buku apa yang akan dibawa? Mau bawa tempat minum atau tempat kue yang mana? Kamu nanti bawa bekal apa? Mau bawa lemper, kue sus, atau roti?" Dengan begitu, anak akan tergugah untuk punya responsibility, "Oh, iya, besok aku harus 'sekolah'."

Tentunya semua perlengkapan tersebut langsung disiapkan dan diletakkan di tempat yang mudah terlihat anak, kecuali kue-kue tentunya. Selain itu, urai Mitha, "untuk anak usia 3-4 tahun, kita harus mengingatkan perihal acara besok ini secara berulang-ulang karena daya ingat anak usia ini masih minim sekali." Lagi pula, dengan terus-menerus diingatkan, hal ini bisa menjadi suatu rutinitas buatnya. "Jadi, setiap malam kalau ia mau tidur itu punya ritual; dari sikat gigi, memakai baju tidur, dan menyiapkan baju serta perlengkapan 'sekolah'nya. Dengan begitu, anak jadi punya persiapan juga, 'Oh, besok aku akan 'sekolah', aku harus bangun pagi,'" lanjut Mitha. Jikapun kita sempat melakukan "ritual" tersebut karena masih di kantor, misalnya, maka tugas ini bisa kita delegasikan kepada pengasuh anak. Ternyata, enggak sulit-sulit amat, kan, Bu-Pak, untuk membiasakan si kecil bangun pagi?

CARI PERHATIAN


Bapak-Ibu, waspadalah bila kebiasaan anak sudah bangun pagi berlangsung terus-menerus. Selain karena ia memang tak terampil, belum punya pengalaman bahwa kalau bangun tidur itu harus ngapain -misalnya, harus langsung masuk kamar mandi-, menurut Rahmitha, bisa juga disebabkan anak mencari perhatian orang tua. Untuk itu, kita harus cermat melihat pada diri anak. "Kalau kita lihat si anak memang mengantuk sekali, berarti tidurnya kurang. Bila demikian, kita harus lihat jadwal tidur malamnya, apakah terlalu larut? Kenapa ia bisa tidur hingga larut? Apakah karena menunggu bapak-ibunya pulang ataukah terlalu asyik menonton TV, misalnya? Berarti ada schedule yang tak benar dan harus diperbaiki." Tapi kalau tidur malamnya memang sudah cukup dan ia tetap saja mengantuk, lihat lagi, apakah ia cukup sehat atau tidak? "Kalau semua itu oke, berarti memang ia cari perhatian. Bisa saja ia berpikiran, 'Kalau aku tidur cepat-cepat, nanti aku enggak ketemu Mama-Papa lagi. Ya, sudah, bikin alasan macam-macam.' Padahal maksudnya memang ingin dipeluk ibunya, didekati ibunya, dan sebagainya," lanjut Mitha. Jadi, kita harus tanggap akan hal ini.

JANGAN BIARKAN SI KECIL MENUNGGU

Sering terjadi, anak tidur malam terlalu larut gara-gara menunggu kita pulang dari kantor. Mayoritas orang tua di Jakarta, kan, tiba di rumah kira-kira jam 9 malam. Kalau mereka pulang dan anaknya sudah tidur, mereka merasa enggak ketemu dengan anaknya. Sebaliknya, anak juga merasa tak ketemu orang tuanya. "Ini memang sebuah dilema," aku Rahmitha . Namun sebaiknya anak tak dibiarkan tidur larut karena menunggu orang tua pulang kantor. Toh, esok paginya orang tua dan anak masih bisa saling ketemu. Apalagi kalau anak sudah biasa bangun pagi, "maka pagi hari akan sangat panjang dan bisa dimanfaatkan untuk ketemu dengan orang tua. Orang tua pun bisa menyiapkan segala sesuatunya bersama anak."

AWAS "SEKOLAH" BISA JADI PENYEBAB!

Tak jarang anak sulit dibangunkan karena malas "sekolah". Bila demikian, kita harus tanggap, apakah ada masalah dengan "sekolah"nya? Misalnya, bekalnya selalu diambil temannya, padahal bekalnya itu adalah makanan kesukaannya. "Hal ini bisa menjadi masalah besar, lo, bagi anak sehingga ia jadi tak betah 'sekolah'. Karena anak itu, kan, peka sekali dengan segala perubahan. Ia belum punya pengalaman dan cara berpikirnya juga terbatas, sehingga kemampuan adaptasinya belum secepat orang dewasa. Jadi, kalau ada masalah, ia tak tahu teknik mengatasinya," papar Rahmitha. Banyak hal yang bisa membuat anak malas "sekolah". Hanya gara-gara duduknya di pojok dan di situ banyak nyamuk atau sepatunya sudah kesempitan tapi ia tak punya kesempatan bilang pada orang tuanya, juga bisa membuatnya malas "sekolah". Itulah mengapa, kita harus tanggap terhadap perubahan anak. "Ajak ia bicara. Dari situ akan ketahuan apa penyebabnya malas bangun pagi," lanjut Mitha. Kita juga harus jalin kerja sama dengan 'sekolah', sehingga kalau ada masalah bisa cepat ketahuan. Dengan demikian kita tahu betul bagaimana keadaan anak kita.

Wassalam,
Julie/Indah Mulatsih
image:thinkstock
sumber:http://www.tabloidnova.com/Nova/Keluarga/Anak/Si-Kecil-Tak-Bisa-Bangun-Pagi
baca selengkapnya- Bila Si kecil Susah Bangun Pagi

Kamis

Mengatasi Obesitas Pada Anak


Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif.

Obesitas atau kelebihan berat badan dapat menyebabkan berbagai efek negatif untuk kesehatan. Anak-anak yang masih lugu tentu tidak memahami bahaya ini. Maka, merupakan tanggung jawab orang-tua menjaga agar anak mereka tetap sehat. Orang-tua harus mengetahui apa penyebab obesitas dan bagaimana cara mencegah atau mengatasi masalah obesitas anak.

Akibat Obesitas
Penyakit yang dapat ditimbulkan akibat obesitas adalah diabetes, darah tinggi, atau penyakit jantung. Penyakit-penyakit yang dulu dianggap sebagai penyakit usia lanjut dan dewasa, kini dapat dialami pada anak akibat timbunan lemak, kolesterol dan gula yang terdapat dalam tubuh. Gangguan pernapasan atau asma berisiko lebih besar dialami anak yang mengalami obesitas.

Selain itu, anak-anak dengan kelebihan berat badan atau kegemukan juga dapat mengalami kesulitan bergerak dan terganggu pertumbuhannya karena timbunan lemak yang berlebihan pada organ-organ tubuh yang seharusnya berkembang. Belum lagi efek psikologis yang dialami anak, misalnya ejekan dari teman-teman sekelas pada anak-anak yang telah bersekolah.

Penyebab Obesitas
Beberapa penyebab obesitas pada anak adalah:

Faktor genetik
Merupakan faktor keturunan dari orang-tua yang sulit dihindari. Bila ayah atau ibu memiliki kelebihan berat badan, hal ini dapat diturunkan pada anak.

Makanan cepat saji dan makanan ringan dalam kemasan
Maraknya restoran cepat saji merupakan salah satu faktor penyebab. Anak-anak sebagian besar menyukai makanan cepat saji atau fast food bahkan banyak anak yang akan makan dengan lahap dan menambah porsi bila makan makanan cepat saji. Padahal makanan seperti ini umumnya mengandung lemak dan gula yang tinggi yang menyebabkan obesitas. Orang-tua yang sibuk sering menggunakan makanan cepat saji yang praktis dihidangkan untuk diberikan pada anak mereka, walaupun kandungan gizinya buruk untuk anak. Makanan cepat saji meski rasanya nikmat namun tidak memiliki kandungan gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Itu sebabnya makanan cepat saji sering disebut dengan istilah junk food atau makanan sampah. Selain itu, kesukaan anak-anak pada makanan ringan dalam kemasan atau makanan manis menjadi hal yang patut diperhatikan.

Minuman ringan
Sama seperti makanan cepat saji, minuman ringan (soft drink) terbukti memiliki kandungan gula yang tinggi sehingga berat badan akan cepat bertambah bila mengkonsumsi minuman ini. Rasa yang nikmat dan menyegarkan menjadikan anak-anak sangat menggemari minuman ini.

Kurangnya aktivitas fisik
Masa anak-anak identik dengan masa bermain. Dulu, permainan anak umumnya adalah permainan fisik yang mengharuskan anak berlari, melompat atau gerakan lainnya. Tetapi, hal itu telah tergantikan dengan game elektronik, komputer, Internet, atau televisi yang cukup dilakukan dengan hanya duduk di depannya tanpa harus bergerak. Hal inilah yang menyebabkan anak kurang melakukan gerak badan sehingga menyebabkan kelebihan berat badan.

Solusi Obesitas
Untuk Anda yang memiliki anak dengan kelebihan berat badan atau obesitas, hendaknya tidak memaksakan diet ketat untuk anak karena hal ini dapat mengganggu pertumbuhan dan kesehatannya. Sebaliknya untuk mengatasi obesitas anak atau mencegah anak Anda agar tidak mengalami obesitas, langkah-langkah yang dapat Anda lakukan antara lain sebagai berikut.

Perhatikan makanan yang akan diberikan untuk anak
Kurangi mengkonsumsi makanan cepat saji atau fast food, makanan ringan dalam kemasan, minuman ringan, cemilan manis atau makanan dengan kandungan lemak tinggi. Sebaliknya, sajikan daging dan sayuran segar. Perbanyak konsumsi buah dan susu yang baik untuk pertumbuhan anak. Berikan porsi yang sesuai dan jangan terlalu berlebihan.

Berikan sarapan dan bekal untuk anak
Sarapan merupakan awal baik untuk anak saat memulai harinya. Ini diperlukan agar anak dapat kuat saat beraktivitas di sekolah dan mencegah makan berlebihan setelahnya. Dengan membawa makanan dari rumah, orang-tua dapat mengontrol gizi anak dan menghindari agar anak tidak perlu jajan di luar.

Perbaiki teknik mengolah makanan
Jangan terlalu banyak menggoreng makanan agar tidak terlalu banyak lemak yang dikonsumsi. Anda dapat mencoba untuk mengukus, merebus atau memanggang makanan agar makanan lebih sehat.

Tetapkan aturan makan
Biasakan agar anak Anda makan di meja makan bukan di depan televisi atau komputer. Banyak orang akan tidak menyadari berapa banyak makanan yang sudah disantapnya bila dia makan sambil menikmati tayangan televisi atau di depan komputer.

Batasi kegiatan menonton televisi, video game atau penggunaan komputer
Melakukan kegiatan tersebut akan membuat anak Anda malas bergerak, maka diperlukan aturan tegas tentang berapa lama kegiatan ini boleh dilakukan. Selanjutnya, Anda dapat membantu anak Anda agar menyenangi hiburan lain seperti bersepeda, bermain bola atau sekedar lompat tali.

Lakukan kegiatan yang memerlukan aktivitas fisik
Anda dan anak-anak dapat merencanakan untuk melakukan kegiatan olahraga bersama seperti jogging, lari pagi, berenang, badminton atau olahraga lainnya. Atau rencanakan liburan bersama di pantai, kebun binatang atau taman sehingga Anda dan anak dapat lebih banyak berjalan kaki.

Anak yang gemuk memang lucu dan menggemaskan. Namun jagalah putra dan putri kesayangan kita agar mereka bertumbuh dengan sehat dan juga memiliki pola hidup dan pola makan yang sehat. Orang-tua bertanggung jawab untuk memberikan yang terbaik untuk anak-anak mereka. Ingatlah bahwa obesitas atau kegemukan bukanlah hal yang bagus bagi seorang anak.

Wassalam,
sumber:http://kumpulan.info/keluarga/anak/40-anak/176-penyebab-obesitas-kegemukan-anak-dan-solusi.html
baca selengkapnya- Mengatasi Obesitas Pada Anak

Obesitas Anak Bisa Turunkan Tingkat Kecerdasan


Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif.

Obesitas atau kegemukan pada anak terutama pada usia 6-7 tahun bisa menurunkan tingkat kecerdasan anak, karena aktivitas dan kreativitas anak menjadi menurun dan cenderung malas.

"Obesitas secara berlebihan pada anak biasanya akan menyebabkan tingkat kecerdasan anak menurun," kata Dosen Fakultas Kedokteran Undip, Darmono, di Semarang, Selasa.Ia mengatakan, pada kondisi tersebut, umumnya aktivitas dan kreativitas anak akan menurun, kemudian dengan kelebihan berat badan anak menjadi malas.

Bahkan, anak yang kegemukan pada waktu tidur akan mengalami kondisi tidak bernafas, kondisi dimana pada waktu tidur ada gelombang pernafasan yang berhenti, ibaratnya orang yang tidur mendengkur ada waktu-waktu dia tidak bernafas, katanya.

Obesitas pada anak, disebabkan oleh masukan makanannya yang berlebih. Selain itu, pada waktu lahir anak tidak dibiasakan mengkonsumsi air susu ibu (ASI), tetapi dibiasakan pakai susu formula dalam botol, padahal anak yang diberi ASI, biasanya asupan asinya sesuai ketentuan berat badan bayi.

Anak yang biasa meminum susu dalam botol, biasanya tidak dapat menghitung jumlah masukan makanan pada anak, bahkan para orang tua cenderung memberikan perawatan anak dengan membuat susunya lebih kental, sehingga melebihi porsi yang dibutuhkan anak.

Kemudian, pada usia 4-5 tahun anak sudah mengalami kelebihan berat badan, karena sejumlah makan yang diberikan sebelumnya tanpa memperhatikan takaran kebutuhan anak, sehingga terjadi penimbunan makanan yang diekspresikan dalam lemak.

Ia mengungkapkan, anak yang mengalami obesitas bisa dideteksi secara dini, bahkan ketika orang tuanya sedang hamil bisa diketahui melalui berat badan normal rata-rata antara 7-14 kilogram, tetapi jika melebihi angka 14 kilogram bisa dianggap sebagai obesitas.

Penanganan anak yang mengalami kelebihan berat badan pada usia 5-6 tahun atau ketika masuk taman kanak-kanak (TK), biasanya dikelompokkan pada usia mereka yang mengalami kelebihan berat badan dengan trik khusus berupa pengawasan pada makanannya, sehingga makanan yang dibawa dari rumah juga harus sesuai takaran.

Selanjutnya, aktifitas anak diberikan porsi yang lebih banyak, dengan diajak bermain-main dan berolahraga. Anak yang kelebihan berat badan seharusnya dipisahkan dari teman yang lain, misalnya dia dari rumah diajak ke sekolah dengan jalan kaki, kemudian ketika dia pulang sekolah dicarikan jalan yang agak jauh. imbuhnya

Adanya perdebatan obesitas akibat faktor genetik, dia mengatakan, berdasarkan hasil penelitian Badan Internasional Obeysitas Task Force (ITF) dari badan WHO yang mengurusi anak yang kegemukan, 99 persen anak obesitas karena faktor lingkungan, sedangkan yang dianggap genetik biasanya bukan genetik tetapi akibat faktor lingkungan.

Faktor lingkungan ini, dipengaruhi oleh aktivitas dan pola makan orang tua anak, misal pola makan bapak dan ibunya tidak teratur menurun pada anak, karena dilingkungan itu tidak menyediakan makanan yang tinggi energi, bahkan aktivitas dalam keluarga juga tidak mendukung. antara/mim

Wassalam,
sumber:http://www.republika.co.id/online_detail.asp?id=266169&kat_id=23
baca selengkapnya- Obesitas Anak Bisa Turunkan Tingkat Kecerdasan

Rabu

Tips Mendukung Anak Agar Berprestasi


Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif

MENGEMBANGKAN bakat anak untuk meraih prestasi ternyata tidak sulit. Kunci suksesnya, memberi kesempatan kepada mereka untuk mengikuti perlombaan.

Psikolog anak Seto Mulyadi-yang akrab disapa Kak Seto-mengatakan, bakat anak bisa memengaruhi mereka untuk meraih prestasi. Bakat berasal dari faktor genetika dan pengaruh lingkungan.

"Segala sesuatu yang berada di sekeliling anak misalnya pengalaman dengan anggota keluarga atau temannya saat bermain atau bisa juga dari buku-buku yang dibaca, atau permainan yang mereka mainkan dapat meningkatkan kemampuan anak agar bakatnya terasah," papar Kak Seto.

Terdapat beberapa hal spesifik yang bisa dilakukan orangtua untuk memaksimalkan bakat anak. Misalnya, jika anak aktif, rancanglah mereka untuk banyak membaca, berkenalan dengan orang-orang baru, gemar mempelajari segala hal, dan memanfaatkan kesempatan yang diberikan dalam hidup. Dengan demikian, pikiran anak akan berkembang.

Selain itu, anak akan tumbuh sebagai pribadi yang cerdas dan akan lebih banyak tahu, serta kreatif. Di sisi lain, bila anak merupakan tipe anak yang suka duduk diam, banyak menonton TV, menjauhi buku, maka kemampuannya untuk belajar bakal terbatas.

Penelitian memperlihatkan bahwa IQ dapat berubah sebanyak 20 poin sepanjang hidup manusia. Di seluruh dunia mungkin 5 persen dari penduduk digolongkan berbakat. Tetapi tidak semua setuju dengan angka-angka ini.

Sejumlah pendidik menyarankan, dengan mengembangkan pengertian berbakat itu apa, maka dapat dikatakan 60 persen dari penduduk digolongkan sebagai orang berbakat.

Diyakini, sebagian orang percaya bahwa setiap individu memiliki bakat masing-masing. "Dengan bakat yang terasah, prestasi pun mudah diraih," ujar Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak ini. Ditambahkannya, memberi pujian bila anak meraih prestasi merupakan salah satu jalan supaya anak bisa lebih berprestasi.

"Untuk menjadikan buah hati Anda dengan banyak prestasi, maka orangtua harus mendukung bakatnya dan bercerita prestasi orang lain agar anak terinspirasi," papar pelatih sepak bola dari klub sepak bola Soccer Schools Indonesia (SSI) Arsenal, Marco G Paulo di Jakarta.

Marco menuturkan, inspirasi itu bisa didapatkan dari siapa saja. Misalnya atlet sepak bola. "Dengan mempunyai inspirasi, kemauan anak berkembang akan lebih termotivasi," ujarnya. Harapan juga bisa dijadikan sebagai acuan untuk anak-anak agar bisa berprestasi. Misalnya saja dengan bertanya apa yang mereka cita-citakan kelak jika sudah dewasa nanti.

"Nah, prestasi muncul saat dia menyebutkan mau jadi apa dirinya kelak, karena itu sebuah harapan. Harapan yang juga dijadikan sebagai acuan untuk menumbuhkan prestasi," jelas Marco. Marco menuturkan, jangan pernah memaksakan kehendak anak dalam mengerjakan sesuatu, termasuk mengolah dan mengasah bakat mereka.

"Anak yang sering dipaksa oleh orangtuanya, tidak mau mengerjakan apa yang orangtua inginkan," pesannya kepada para orangtua.



Ayo jadikan anak-anak kita menjadi anak yang berprestasi, amin
Wassalam
sumber:oezone.com
baca selengkapnya- Tips Mendukung Anak Agar Berprestasi

Atasi Depresi Dengan Liburan Kreatif


Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif.

LIBURAN, pastinya merupakan masa-masa yang paling menyenangkan untuk melepas segala kejenuhan dan kejengkelan. Tapi, jika sedang depresi, masa liburan bisa saja menjadi hambatan baru, khususnya dengan kondisi ekonomi yang semakin sulit dan meningkatnya harga barang dan biaya liburan. Liburan seringkali menjadi sumber depresi bagi beberapa orang. Anda merasa bersalah karena akan menghambur-hamburkan uang. Ban bocor, penerbangan yang ditunda, serta anak yang rewel seringkali menjadi pemicu stres. Akibatnya, saat liburan selesai, Anda tetap depresi menjalani rutinitas sehari-hari.

Liburan dan depresi

Meskipun liburan bisa menjadi sumber depresi dari segi keuangan, bukan berarti Anda harus memutuskan untuk tidak pergi berlibur sama sekali. Liburan, berdasarkan fakta ilmiah, sangat berpengaruh terhadap kesehatan fisik dan mental. Sebuah studi dari Marshfield Clinic di Wisconsin menemukan, perempuan yang tidak melakukan liburan secara teratur, 2-3 kali lebih cenderung mengalami depresi dibandingkan dengan perempuan yang melakukan liburan secara teratur.

Studi lain yang diikuti 12.338 partisipan laki-laki selama 9 tahun menemukan, laki-laki yang tidak melakukan liburan tahunan memiliki risiko kematian 32% lebih tinggi akibat serangan jantung dan 21% lebih tinggi akibat semua penyebab lainnya. Selain itu, sebuah studi yang dilakukan Framingham Heart selama 20 tahun menemukan, perempuan yang jarang berlibur (setiap 6 tahun atau kurang) berisiko 8 kali lebih besar mengalami serangan jantung dibandingkan perempuan yang berlibur paling tidak setiap 2-5 tahun.

Bagaimana liburan mengatasi depresi?

Liburan memberikan Anda kesempatan untuk kembali mengisi energi, melihat pemandangan baru serta memperbaiki tingkah laku pola pikir. Selain itu, liburan akan menguatkan hubungan dalam keluarga. Eratnya hubungan dalam keluarga, menurut seorang psikolog dari Emory University School of Medicine di Atlanta Nadine Kaslow, PhD, merupakan alasan utama yang membuat orang tetap semangat menjalani hidup. Dengan berlibur, Anda bisa saling memanjakan dan mengasihi, hal yang mungkin kadang tidak sempat Anda curahkan sepenuhnya dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, saat berlibur, terjadi peningkatan kadar 2 neurotransmitter otak, dopamine dan serotonin yang berperan dalam mengatur mood dan depresi. Mereka yang depresi mempunyai kadar dopamine dan serotonin yang rendah. Kondisi depersi ini bisa diperburuk oleh lingkungan kerja dan kepenatan sehari-hari. Karena itu, Anda perlu liburan dan bersenang-senamg untuk memicu peningkatan jumlah kedua hormon ini.

Tip cegah depresi akibat liburan

Liburan bisa menjadi usmber depresi jika tidak direncanakan dengan baik. Untuk membantu Anda merencankan liburan, berikut beberapa tip yang bisa menjadi panduan Anda.

Sediakan tabungan untuk liburan. Liburan tentunya tidak bisa berjalan tanpa uang. Karena itu, usahakan untuk menyisihkan sedikit penghasilan Anda setiap bulannya. Selain itu, sesuaikan dengan kondisi keuangan Anda. Liburan tidak harus ke tempat yang jauh. Liburan dalam kota yang lebih hemat bisa menjadi pilihan yang menarik. Yang terpenting adalah menikmati waktu yang berkualitas dan menyenangkan dengan keluarga tercinta Anda.

Pilihlah liburan yang sesuai dengan kepribadian Anda dan keluarga. Anda dan keluarga tidak harus berlibur ke alam yang menawarkan berbagai fasilitas menantang hanya karena teman-teman Anda ramai membicarakan dahsyatnya petualangn arung jeram dan tidur di bawah hamparan bintang. Kalau Anda dan keluarga lebih suka berlari di pasir pantai, jangan pernah menukar tujuan karena pengaruh luar. Jika tidak menikmati liburan, Anda akan semakin depresi saat kembali di rumah.

Jika Anda tidak bisa terlepas dari kantor untuk liburan panjang, rencanakan liburan mini. Pada faktanya, banyak orang yang menyatakan kalau long weekend selama 3 atau 4 hari lebih lebih bisa meredakan stres dibandingkan perjalanan panjang.

Jika kondisi keuangan Anda tidak memungkinkan, pilihlah aktivitas yang bisa menghemat seperti bersepeda, mendaki, atau berkemah. Anda hanya perlu sedikit kreatif dan tidak perlu menambah stres. Anak-anak biasanya sangat menikmati aktivitas menjelajah gua dan taman-taman.

Bicarakan dulu dengan keluarga Anda. Jika Anda lebih suka menginap di hotel dibandingkan berkemah, diskusikan terlebih dahulu. Anda bisa membagi waktu antara berkemah dan menginap di motel.

Liburan hanya untuk liburan. Jika Anda sudah memutuskan untuk berlibur, pastikan Anda tidak mengikutsertakan aktivitas lain termasuk urusan kantor. Biarkan Keluarga menikmati kebersamaan sepenuhnya dengan Anda. Ada baiknya menonaktifkan telepon genggam Anda. Urusan kerjaan dan kontak dengan teman-teman melalui jejaring sosial seperti facebook, bisa menunggu setelah Anda kembali dari liburan.

Wassalam,

images: lowfares.com
intisari:http://www.mediaindonesia.com/mediahidupsehat/index.php/read/2009/07/07/1363/5/Liburan_Kreatif_Atasi_Depresi
baca selengkapnya- Atasi Depresi Dengan Liburan Kreatif

Senin

Tips Mengatasi Kebiasaan Mengompol Pada Anak


Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif.

Bayi yang mengompol adalah hal biasa. Anak kecil yang berusia setahun atau dua tahun masih dianggap lumrah bila dalam tidurnya mengompol. Ada pula anak yang mengompol hanya kadang-kadang saja yang biasanya disebabkan oleh stres, misalnya baru masuk sekolah, orangtua sering bertengkar, atau mendapatkan adik baru. Namun, anak yang sudah berumur empat atau lima tahun ke atas bila masih sering mengompol, hal ini menjadi masalah bagi orangtua.

Untuk mengatasi anak yang suka mengompol ini perlu diketahui dulu penyebabnya. Di antara penyebab anak mengompol adalah sebagai berikut:

1. Kandung Kemih Telah Penuh

Pada saat kandung kemih telah penuh maka saraf-saraf di kandung kemih mengirim pesan ke otak lantas otak mengirim pesan balik untuk menahannya agar tidak pipis secara otomatis. Dalam keadaan sadar, maka keinginan untuk pipis dapat ditahan sebentar untuk menuju ke kamar kecil; demikian pula dalam keadaan tidur, saraf-saraf ini tetap bisa bekerja dan mengirim kesadaran sehingga timbul keinginan ingin pipis dan secara otomatis ada kesadaran pula untuh menahannya. Namun, ada beberapa anak yang memiliki masalah dalam proses ini hingga akhirnya mengompol.

Anak-anak yang mengompol tidak memiliki kesadaran bahwa kandung kemihnya telah penuh oleh urine sehingga ia tidak bangun untuk ke kamar kecil. Hal ini terjadi biasanya tidur sang anak sangat nyenyak. Kadang kala ia bermimpi sedang pipis di sungai, di kamar kecil, atau di suatu tempat entah di mana, lalu baru menyadari setelah terbangun bahwa ia telah mengompol.

Menghadapi anak semacam ini orangtua harus secara telaten dan sabar untuk membangun kesadaran dalam diri anak agar tidak mengompol sebelum ia tidur. Misalnya, berpesan agar tidak mengompol atau bahkan berdoa kepada Tuhan. Dengan demikian akan terbangun kesadaran sehingga memunculkan kewaspadaan. Hal ini terbukti pada banyak kasus anak yang mengompol di rumahnya sendiri biasanya tidak mengompol ketika tidur di rumah saudara atau temannya. Mengapa bisa demikian? Karena sang anak telah membangun kesadaran dirinya agar tidak mengompol; yang bisa jadi disebabkan tidak ingin malu, dan sebagainya.

2. Rasa Takut yang Berlebihan

Bisa jadi sang anak mempunyai kesadaran bahwa ia memang ingin pipis, namun karena mempunyai rasa takut yang berlebihan, akhirnya ia memilih untuk pipis saja sambil tidur atau mengompol. Ketakutan yang berlebihan ini bisa disebabkan karena anak tidak berani ke kamar kecil sendirian pada malam hari. Ketakutan anak juga bisa muncul karena sebelum tidur orangtuanya, saudaranya, atau bahkan teman-temannya telah menceritakan hal-hal yang menyeramkan. Ketakutannya juga bisa terpicu karena membaca cerita seram atau melihat film di televisi.

Menghadapi anak yang takut karena tidak berani ke kamar kecil di malam hari, orangtua dapat berpesan kepada anaknya untuk membangunkan ayah atau ibu ketika ingin pipis. Hal yang lebih penting adalah pada saat dibangunkan oleh anak, orangtua pun harus segera bangun dan mengantarkan anak ke kamar kecil dengan senang hati. Pesan agar membangunkan orangtua jika sudah merasa ingin pipis pada malam hari juga efektif untuk mengatasi anak yang takut akibat cerita-cerita seram yang sebelumnya telah diterima oleh anak-anak.

3. Mencari Perhatian Orangtua

Anak yang ingin mendapatkan perhatian dari orangtua bisa pula menunjukkannya dengan cara mengompol. Hal ini kadang terjadi pada anak yang mempunyai adik baru. Ia merasa-atau memang kenyataannya demikian-kasih sayang dari orangtuanya lebih besar kepada adiknya. Ada perasaan cemburu dalam hati sang kakak. Ia ingin merebut kembali kasih sayang orangtua dari adiknya, atau setidaknya mendapatkan kasih sayang yang sama sebagaimana adiknya. Oleh karena keterbatasan cara berpikir tentang bagaimana cara yang akan dilakukannya karena masih anak-anak, akhirnya ia memilih dengan cara mengompol. Hal ini dilakukan karena orangtua langsung menunjukkan perhatiannya ketika anaknya mengompol, entah kaget kemudian memarahi, atau setidaknya akan bertanya mengapa tiba-tiba mengompol lagi. Di sinilah penting bagi orangtua untuk senantiasa memberikan kasih sayang kepada semua anaknya.

4. Banyak Minum atau Mengonsumsi Makanan Berair

Banyak minum atau mengonsumsi makanan berair juga menyebabkan anak mengompol ketika tidur di malam hari. Oleh karena itu, orangtua dapat mengontrol anaknya agar minum, mengonsumsi makanan berkuah, atau buah-buahan berair secukupnya saja. Berkaitan dengan hal ini, orangtua juga dapat mengajak anaknya untuk pipis terlebih dahulu sebelum tidur. Beberapa anak yang masih mengompol ketika orangtuanya menerapkan terapi ini-mengajaknya pipis dahulu sebelum tidur-ternyata cara ini berhasil dengan baik, yakni sang anak tidak mengompol lagi.

5. Ada Penyakit di Dalam Tubuh

Anak yang masih mengompol bisa pula disebabkan ada penyakit di dalam tubuhnya. Di antara persoalan medis yang menyebabkan anak mengompol adalah infeksi saluran kencing, kondisi keasaman urine, anemia, atau memiliki kelainan neurologis. Bisa juga anak yang masih mengompol disebabkan karena hormon yang berhubungan dengan beberapa kondisi dan penyakit. Untuk mengatasinya sudah tentu cara yang paling efektif adalah membawa anak kepada dokter untuk diketahui langkah-langkah berikutnya.

Demikianlah cara mengatasi anak yang masih suka mengompol meski umurnya sudah empat atau lima tahun lebih. Namun, secara umum ada langkah-langkah penting yang dapat dilakukan oleh orangtua untuk mencegah anak suka mengompol. Yakni, mengajarkan anak untuk pipis di kamar kecil.

Hal ini dapat dilakukan oleh orangtua pada setiap anak:
  • Akan berangkat tidur di malam hari
  • Pagi hari setelah bangun tidur (meski dalam tidurnya juga mengompol
  • Setelah minum susu, atau pada saat anak terlihat akan pipis (orangtua yang setiap hari bersama dengan anaknya akan mengetahui gejala atau tanda-tandanya dari mimik atau gerakan tubuhnya)
  • Kebiasaan mengajak anak ke kamar kecil ini akan membuatnya terbiasa jika ingin pipis maka segera ke kamar kecil.

Kebiasaan mengajak anak bila pipis ke kamar kecil ini sangat perlu. Jangan sampai orangtua tidak mau kerepotan, akhirnya membiasakan anaknya memakai pampers, meskipun sedang berada di rumah. Sungguh, hal ini harus dihindari. Di samping kulit yang tertutup pampers tidak leluasa dalam waktu yang lama, hal ini akan membuat anak tidak terdidik jika ingin pipis segera ke kamar kecil. Pampers hanya perlu digunakan ketika dalam perjalanan atau pada saat acara-acara tertentu saja.

Hal penting yang tidak boleh diabaikan oleh orangtua adalah jangan pernah menceritakan kebiasaan mengompol anaknya di depan orang lain, apalagi di hadapan teman-temannya. Bagaimanapun juga anak kita akan malu. Bila orangtua tetap menceritakan maka anaknya akan memberontak atau sebaliknya malah merasa rendah diri.

Orangtua hanya perlu mengajak anaknya untuk turut membersihkan tempat tidurnya (meskipun hanya duduk menemani) sambil membangun kesadarannya bila ingin pipis di malam hari maka orangtua dengan senang hati akan mengantarkan. Sebaliknya, apabila sang anak sudah tidak mengompol lagi, maka orangtua sangat perlu untuk memberikan hadiah, meskipun hanya berupa pujian yang menyenangkan hatinya.

Wassalam,
oleh: Akhmad Muhaimin Azzet
sumber:http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=18688
baca selengkapnya- Tips Mengatasi Kebiasaan Mengompol Pada Anak

Ini Dia Penyebab Matematika Menjadi Momok Bagi Pelajar Kita


Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif.

Bagi sebagian besar pelajar kita, pelajaran Matematika masih merupakan momok yang menakutkan. Ini disebabkan masih banyak mitos buruk mengenai matematika. Mitos-mitos yang salah ini memberi andil besar dalam membuat sebagian masyarakat merasa alergi bahkan tidak menyukai matematika. Akibatnya, mayoritas siswa kita mendapat nilai buruk untuk bidang studi ini, bukan lantaran tidak mampu, melainkan karena sejak awal sudah merasa alergi dan takut sehingga tidak pernah atau malas untuk mempelajari matematika.

Meski banyak, namun ada lima mitos buruk yang sudah mengakar dan menciptakan persepsi negatif terhadap matematika.

1). MITOS PERTAMA, MATEMATIKA ADALAH ILMU YANG SANGAT SUKAR SEHINGGA HANYA SEDIKIT ORANG YANG ATAU SISWA DENGAN IQ MINIMAL TERTENTU YANG MAMPU MEMAHAMINYA.

Ini jelas salah kaprah. Meski bukan ilmu yang termudah, matematika sebenarnya merupakan ilmu yang relatif mudah jika dibandingkan dengan ilmu lainnya. Sebagai contoh, amati perbandingan soal untuk siswa kelas 6 sebuah SD berikut ini. Soal pertama, Sebutkan 3 tarian khas daerah Kalimantan Tengah dan Soal kedua, Sebuah lingkaran dibagi menjadi tiga buah juring dengan perbandingan masing-masing sudut pusatnya adalah 2 : 3 : 4, maka hitung besar masing-masing sudut pusat juring-juring tersebut. Ternyata, persentase siswa yang menjawab benar soal kedua lebih besar dibandingkan persentase siswa yang menjawab benar soal pertama. Tanpa ingin mengundang perdebatan, contoh di atas menunjukkan, bahwa matematika bukanlah ilmu yang sangat sukar. Soal matematika terasa sulit bagi siswa-siswa kita karena mereka tidak memahami konsep bilangan dan konsep ukuran secara benar semasa di sekolah dasar. Jika konsep bilangan dan ukuran dikuasai, maka pekerjaan menganalisis dan menghitung menjadi hal yang mudah dan menyenangkan.

2). MITOS KEDUA, MATEMATIKA ADALAH ILMU HAFALAN DARI SEKIAN BANYAK RUMUS.

Mitos ini membuat siswa malas mempelajari matematika dan akhirnya tidak mengerti apa-apa tentang matematika. Padahal, sejatinya matematika bukanlah ilmu menghafal rumus, karena tanpa memahami konsep, rumus yang sudah dihafal tidak akan bermanfaat. Sebagai contoh, ada soal berikut : Ali merakit sebuah mesin 6 jam lebih lama daripada Su'ud. Jika bersama-sama mereka dapat merakit sebuah mesin dalam waktu 4 jam, berapa lama waktu yang diperlukan oleh Su'ud untuk merakit sebuah mesin sendirian?. Seorang yang hafal rumus persamaan kuadrat tidak akan mampu menjawab soal tersebut apabila tidak mampu memodelkan soal tersebut ke dalam bentuk persamaan kuadrat. Sesungguhnya, hanya sedikit rumus matematika yang perlu (tapi tidak harus) dihapal, sedangkan sebagian besar rumus lain tidak perlu dihafal, melainkan cukup dimengerti konsepnya. Salah satu contoh, jika siswa mengerti konsep anatomi bentuk irisan kerucut, maka lebih dari 90 persen rumus-rumus irisan kerucut tidak perlu dihafal.

3). MITOS KETIGA, MATEMATIKA SELALU BERHUBUNGAN DENGAN KECEPATAN MENGHITUNG.
Memang, berhitung adalah bagian tak terpisahkan dari matematika, terutama pada tingkat SD. Tetapi, kemampuan menghitung secara cepat bukanlah hal terpenting dalam matematika. Yang terpenting adalah pemahaman konsep. Melalui pemahaman konsep, kita akan mampu melakukan analisis (penalaran) terhadap permasalahan (soal) untuk kemudian mentransformasikan ke dalam model dan bentuk persamaan

4). MITOS KEEMPAT, MATEMATIKA ADALAH ILMU ABSTRAK DAN TIDAK BERHUBUNGAN DENGAN REALITA.
Mitos ini lagi-lagi salah kaprah, sebab fakta menunjukkan bahwa matematika sangat realistis. Dalam arti, matematika merupakan bentuk analogi dari realita sehari-hari. Contoh paling sederhana adalah solusi dari Leonhard Euler, matematikawan Prancis, terhadap masalah Jembatan Konisberg. Selain itu, hampir di semua sektor, teknologi, ekonomi dan bahkan sosial, matematika berperan secara signifikan. Robot cerdas yang mampu berpikir berisikan program yang disebut sistem pakar (expert system) yang didasarkan kepada konsep Fuzzy Matematika. Hitungan aerodinamis pesawat terbang dan konsep GPS juga dilandaskan kepada konsep model matematika, goneometri, dan kalkulus. Hampir semua teori-teori ekonomi dan perbankan modern diciptakan melalui matematika.

5). MITOS KELIMA MENYEBUTKAN, MATEMATIKA ADALAH ILMU YANG MEMBOSANKAN, KAKU, DAN TIDAK REKREATIF.
Anggapan ini jelas keliru. Meski jawaban (solusi) matematika terasa eksak lantaran solusinya tunggal, tidak berarti matematika kaku dan membosankan. Walau jawaban (solusi) hanya satu (tunggal), cara atau metode menyelesaikan soal matematika sebenarnya boleh bermacam-macam. Sebagai contoh, untuk mencari solusi dari dua buah persamaan, dapat digunakan tiga cara yaitu, metode subtitusi, eliminasi, dan grafik. Contoh lain, untuk membuktikan kebenaran teorema Phytagoras, dapat dipergunakan banyak cara. Bahkan menurut pakar matematika, Bana G. Kartasasmita, hingga saat ini sudah ada 17 cara untuk membuktikan teorema Phytagoras. Solusi matematika yang bersifat tunggal menimbulkan kenyamanan karena tegas dan pasti. Selain tidak membosankan, matematika juga rekreatif dan menyenangkan.

Albert Einstein, tokoh fisika terbesar abad ke-20, menyatakan bahwa matematika adalah senjata utama dirinya dalam merumuskan konsep relativitasnya yang sangat terkenal tersebut. Menurut Einstein, dia menyukai matematika ketika pamannya menjelaskan bahwa prosedur kerja matematika mirip dengan cara kerja detektif, sebuah lakon yang sangat disukainya sejak kecil.

Memang, cara kerja matematika mirip sebuah games. Mula-mula kita harus mengidentifikasi variabel-variabel atau parameter-parameter yang ada melalui atributnya masing-masing. Setelah itu, laksanakan operasi di antara variabel dan parameter tersebut.

Yang paling menyenangkan, dalam melakukan operasi kita dibebaskan melakukan manipulasi (trik) semau kita agar sampai kepada solusi yang diharapkan. Kebebasan melakukan manipulasi dalam operasi matematika inilah yang menantang dan mengundang keasyikan tersendiri, bak sedang dalam permainan atau petualangan. Karena itu, tidak mengherankan jika terkadang kita menjumpai siswa yang asyik menyendiri dengan soal-soal matematikanya.

Selain itu, secara intrinsik matematika juga memiliki angka berupa bilangan bulat yang mengandung misteri yang sangat mengasyikkan. Misalnya Anda melakukan operasi perkalian maupun pertambahan terhadap dua bilangan tertentu, maka terkadang akan muncul bilangan yang memiliki bentuk simetri tertentu. Contoh lain, Anda dapat menunjukkan kemahiran menebak dengan tepat angka tertentu yang telah mengalami beberapa operasi.

Bagi yang belum memahami matematika, kemampuan Anda menebak angka dianggap sihir, padahal itu merupakan operasi. Matematika adalah ilmu yang mudah dan menyenangkan. Karena itu, siapa pun mampu mempelajarinya dengan baik.

Untuk itu, tugas utama kita adalah merobohkan mitos-mitos buruk di sekeliling matematika. Semoga info tersebut bermanfaat. Jangan lupa ajak teman-teman kamu untuk gabung dan ikut berpartisipasi dalam bertanya atau menjawab soal-soal yang ada di wall.

Jika punya info menarik seputar dunia matematika bisa di bagi-bagi disini.

Semoga bermanfaat, wassalam.
sumber: http://ghofarpisar.blogspot.com/2011/01/agar-pintar-matematika.html
baca selengkapnya- Ini Dia Penyebab Matematika Menjadi Momok Bagi Pelajar Kita
Kata Sahabat :