Panduan dan Tips Praktis Edukasi Dunia Anak agar lebih imajinatif, cerdas dan kreatif bersama Mind Mapping, Glenn Doman, Multiple Intellegence, Brain Games, Memory, Dongeng, Cerita, Puisi, Gambar, Kartun Lucu, dan lainnya.

Kumpulan Game Kreatif, Brain Games, Brain Test

Kamis

Usia Pra-Sekolah, Untuk Belajar Atau Bermain?


Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif.

Seorang Ibu di New York menuntut sebuah pra sekolah anaknya bernama York Avenue Preschool ke pengadilan, karena merasa kecewa putrinya yang sudah dimasukkan di sekolah mahal dengan biaya US$ 19 ribu atau Rp 175 juta ternyata tidak belajar maksimal dan hanya mengerti masalah bentuk dan warna.

Ibu bernama Nicole Imprescia yang tinggal di Manhattan New York ini mengajukan gugatan ke pengadilan New York karena merasa ditipu sudah mengeluarkan biaya besar tapi anaknya tidak mengerti baca, tulis dan hitung. Dia menuntut agar biaya yang sudah dikeluarkan senilai US$ 19 ribu itu dikembalikan.

"Ini adalah sebuah pencurian dengan mengiklankan pendidikan yang bagus tapi kenyataannya tidak seperti itu," kata pengacara Nicole, Mathew Paulose seperti diberitakan dari Time, Kamis (9/6/2011).

Menurut Nicole, dirinya memasukkan putrinya Lucia (4 tahun) ke sekolah mahal itu dengan harapan si anak bisa belajar maksimal untuk mempersiapkan masa depannya masuk ke sekolah SD hingga perguruan tinggi bergengsi karena dari kecil sudah memiliki dasar pendidikan yang kuat.

"Tapi ternyata ini bukan sekolah sama sekali, tetapi hanya satu ruang bermain yang besar," kata Nicole yang mendapati anaknya hanya bisa mengenal bentuk dan warna bukan belajar membaca, menulis dan berhitung.

Kasus ini akhirnya menjadi perbincangan serius di kalangan pendidik dan orangtua. Ada pertanyaan besar, sebenarnya apa tujuan dari pra sekolah anak tersebut. Apakah lebih baik membiarkan anak bermain dan bersosialisasi atau menyiapakan anak siap masuk sekolah dasar dengan mengerti baca, tulis, hitung.

Kathleen McCartney, PhD, dekan dari Harvard Graduate School of Education di Cambridge, Massachusetts menuturkan saat preschool anak-anak memang mengenal angka, huruf, bentuk, tapi yang lebih penting adalah belajar bagaimana bersosialisasi serta bergaul dengan anak-anak lainnya.

Karena pendidikan pra sekolah biasanya dimaksudkan untuk mempersiapkan anak sebelum masuk sekolah taman kanak-kanak, karena ia memberikan kesempatan bagi anak untuk berinteraksi dengan anak-anak lainnya.

Anak-anak kecil perlu mengembangkan keterampilan untuk berbagi perasaan atau belajar berperilaku. Dengan cara ini diharapkan anak-anak yang masuk pendidikan pra sekolah bisa belajar mengenai keterampilan sosial.

Pada pendidikan pra sekolah anak-anak biasanya mendapatkan pendidikan dan juga bermain secara bersama-sama. Hal ini karena bermain adalah konteks terbaik bagi anak-anak untuk belajar.

Umumnya anak-anak mulai dimasukkan ke dalam pendidikan pra sekolah saat ia berusia 3-4 tahun, yang mana ia sudah bisa mengucapkan kata-kata meskipun kadang belum terlalu jelas dan sudah mengerti serta memahami suatu perintah.

Sebelum menentukan sekolah untuk pendidikan pra sekolah anak, maka orangtua perlu mengetahui sekolah mana yang baik untuk anaknya.

Banyak pilihan sekolah yang ada saat ini mulai dari sekolah milik negeri, sekolah berbasis agama, sekolah internasional atau sekolah dengan pola khusus seperti sekolah alam.

Tapi Anda harus cermat untuk memilih sekolah mana yang bagus untuk si kecil, karena sekolah juga menentukan masa depan dan perilakunya.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih sekolah TK dan SD yang baik untuk anak. Yang terpenting kata pakar dan praktisi pendidikan anak Arif Rachman, dalam sekolah tersebut terdapat sentral bermain anak untuk mengembangkan 5 hal penting, yaitu spiritual, emosional, jasmani, intelektual, dan sosialnya, yang dikemas dalam kegiatan belajar mengajarnya.

Dalam memilih sekolah sebaiknya pilihlah sekolah yang tertib, teratur dan bersih, karena lingkungan sekitar sekolah juga mempengaruhi proses belajar mengajar anak-anak.

Lingkungan yang tidak kondusif bisa merusak konsentrasi anak ketika sedang belajar. Serta pastikan bahwa sekolah tersebut mempunyai visi dan misi yang tidak melanggar Undang-Undang Pendidikan.

Selain lingkungan serta visi dan misi sekolah tersebut, hal yang penting untuk diperhatikan adalah guru-guru dari sekolah tersebut.

"Untuk guru TK sebaiknya telah mendapatkan pendidikan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) sedangkan untuk sekolah dasar sebaiknya memiliki pendidikan minimal S1 dan untuk guru kelas 1, 2, dan 3 yang mengajar semua mata pelajaran sebaiknya juga mendapatkan pendidikan PAUD," ujar Arif.


Beberapa tips memilih sekolah yang baik untuk anak:

Untuk memilih sekolah dasar bisa dilihat dari output yang dihasilkan. Seperti berapa banyak lulusan sekolah dasar tersebut yang bisa masuk ke SMP unggulan. Karena banyaknya lulusan yang bisa masuk sekolah unggulan berarti sekolah tersebut mempunyai sistem pembelajaran yang bagus.

Untuk memilih taman kanak-kanak pilihlah TK yang mempunyai sistem belajar yang baik dalam hal belajar menulis, membaca dan sosial.

Sebelum masuk taman kanak-kanak tidak ada salahnya memasukkan anak anda ke PAUD. Karena di PAUD anak Anda bisa belajar bersosialisasi dengan teman-temannya, diajarkan bernyanyi, menulis dan membaca. Dan PAUD memberikan kegiatan yang positif untuk anak.

Anak-anak SD sebaiknya diberikan kegiatan intra, ekstra dan co-kurikuler yang seimbang, sehingga didapatkan kemampuan intelektual dan sosial yang seimbang.
Sedangkan untuk TK pilihlah TK dengan metode bermain sambil belajar dibandingkan dengan program belajar secara klasik.

"Untuk memilih sekolah TK dan SD, pilihlah sekolah yang memiliki jarak tidak terlalu jauh dengan rumah, sehingga anak masih mempunyai waktu yang cukup untuk berkumpul dengan keluarga, dan bermain dengan orang tua, untuk orang tua yang sibuk pastikan bahwa pengasuh anak kita mempunyai pendidikan yang baik," jelas Arif.

Yang tak kalah penting dibutuhkan kerjasama yang baik antara guru di sekolah dengan orang tua dirumah dan juga dengan pengasuhnya. Tujuannya agar apa yang sudah diajarkan di sekolah bisa tetap dilanjutkan di rumah, sehingga anak bisa memiliki intelektual, emosional, spiritual, jasmani dan sosial yang bagus.

Semoga bermanfaat, wassalam.

Intisari sumber: suaramerdia.com
baca selengkapnya- Usia Pra-Sekolah, Untuk Belajar Atau Bermain?

Rabu

Melatih Emosi Anak, Dapat Mengoptimalkan Potensi Cerdas Anak


Assalamualaikum wrwb, salam cerdas kreatif.

Seorang anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik tentu karena peran orang tua dan lingkungan sekitarnya. Namun, kebebasan seorang anak untuk berekspresi kadang terhambat lantaran anak-- terlebih laki-laki-- sering dilabelisasi terhadap sosok yang harus kuat. Tidak boleh menangis.

Padahal, jenis emosi baik senang, sedih, bangga, haru, dan jijik itu semua perasaan yang baik laki-laki maupun perempuan boleh mengekspresikannya. Demikian penuturan Fadhilah Suralaga, M.Psi, Pembantu Dekan (Pudek) Bidang Akademik Fakultas Psikologi UIN Jakarta. Lebih lanjut Pudek I yang juga merangkap dosen psikologi pendidikan UIN Jakarta ini menegaskan bahwa pada hakikatnya perempuan dan laki-laki adalah sama.

"Pada psikologi perkembangan, dapat dibuktikan bahwa laki-laki dan perempuan pada hakikatnya sama. Namun, karena bentuk fisik yang berbeda, maka peranan pun berbeda," ujar Fadhilah.

Dalam psikologi perkembangan, kata Fadhilah, akan pula terbukti bahwa laki-laki yang dilabelisasi sebagai sosok yang kuat, berani dan tangguh tidak semua seperti itu. "Sebaliknya, perempuan yang dianggap sensitif, mudah menangis, terlalu berperasaan, pemalu, tidak semua juga seperti itu," ujarnya.

Oleh karenanya, lanjut Fadhilah, kebebasan berekspresi adalah bawaan yang memang idealnya tak boleh ditahan. "Sebab, jika ditahan, maka fungsi-fungsi emosional tidak berjalan secara baik," katanya.

Sebaiknya pula, ujar Fadhilah, sebagai orang tua yang baik dan mengenal perkembangan emosi anak, label stereotipe pada laki-laki yang sering dianjurkan untuk tidak menangis (cengeng- red) sebaiknya tidak terus dipraktikkan. "Pembinaan emosi saat mencapai kematangan emosi perlu dikenali kepada anak-anak sejak dini. Sehingga, emosi tidak boleh ditahan," ungkapnya.

Menurut Fadhilah, tumbuh kembang anak akan berkembang dengan baik saat mereka dikenali beberapa jenis emosi. Setidaknya, ada empat langkah agar emosi anak dapat berkembang dengan baik.

Pertama, kenali jenis-jenis emosi pada anak. "Mengenali jenis emosi pada anak penting. Sehingga pada akhirnya, si anak akan tahu benar kapan ia sedih, senang, murung, jijik, dan lain sebagainya,'' jelasnya.

Kedua adalah mengajarkan mereka untuk mengelola emosinya. "Langkah kedua ini penting, agar anak tersebut mampu mengekspresikan emosinya dengan baik," katanya.

Ketiga, setelah si anak diberikan pemahaman dan pengelolaan emosi ialah ajari mereka untuk memahami emosi orang lain. "Pada tahap ini, mereka akan paham kondisi seseorang saat sedang marah karena ia pun pernah mengalami hal tersebut. Mereka tidak akan tahu seseorang sedang marah, jika ia tidak pernah mengalaminya," ungkapnya.

Keempat, setelah semua tahapan emosi sudah dikenali pada anak, selanjutnya adalah ajari mereka untuk bersedia berkorban untuk orang lain. "Tahap terakhir ini juga penting karena dapat melahirkan empati terhadap orang lain," tandasnya.

Semoga bermanfaat, wassalam

Sumber: suaramedia.com
baca selengkapnya- Melatih Emosi Anak, Dapat Mengoptimalkan Potensi Cerdas Anak

Sabtu

Prestasi Sekolah Bisa Diprediksi Sejak Anak Lahir


Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif.

Ketekunan dan kerja keras untuk belajar paling menentukan prestasi bejalar di sekolah. Namun ada faktor lain yang mempengaruhinya, yakni kecerdasan dan kondisi bawaan pada beberapa fungsi organ yang bisa diperiksa sejak bayi baru lahir.

Pemeriksaan kondisi bawaan yang bisa dipakai untuk memprediksi pretasi belajar di sekolah adalah Apgar, sebuah prosedur pemeriksaan bayi yang diperkenalkan oleh Dr Virginia Apgar di Amerika Serikat tahun 1952. hasil pemeriksaan ini dinyatakan dengan skor 1-10.

Makin tinggi skor Apgar pada pemeriksaan tersebut, maka artinya berbagai sistem organ yang dimiliki bayi tersebut berfungsi dengan baik. Sementara jika skornya rendah, maka berarti ada kelaianan bawaan pada sistem organ tertentu yang mempengaruhi kesehatannya.

Menurut penelitian terbaru di Swedia, skor Apgar tidak hanya menunjukkan kondisi kesehatan bayi secara fisik. Bayi-bayi yang memiliki skor Apgar di bawah 7 cenderung mengalami masalah dengan kecerdasan, sehingga kurang berprestasi di sekolah saat beranjak remaja.

Kesimpulan ini merupakan hasil pengamatan para ahli dari Center Hospital di Helsingborg, terhadap 877.000 remaja usia sekolah yang tersebar di seluruh Swedia. Para ahli mengamati hasil ujian di sekolah, lalu mmbandingkannya dengan hasil tes Pagar yang dilakukan semasa kecil.

"Sebenarnya bukan tes Apgar yang menentukan, tetapi kondisi di balik hasil tes tersebut. Bayi dengan skor Apgar rendah punya masalah kesehatan, sehingga mempengaruhi tumbuh kembang sel otaknya," ungkap salah satu peneliti, Dr Andrea Stuart seperti dikutip dari Dailymail, Jumat (22/7/2011).

Meski demikian dr Stuart mengatakan, bayi yang lahir dengan skor Apgar rendah tidak berarti akan mengalami keterbelakangan mental. Menurut hasil penelitian, hanya 1 dari 22 bayi dengan skor Apgar di bawah 7 yang membutuhkan penanganan khusus di sekolah sedangkan sisanya hanya butuh belajar lebih tekun dan serius.

Seperti yang telah disebutkan, tes Apgar diperkenalkan oleh Dr Virginia Apgar di Amerika Serikat tahun 1952. Tes yang dilakukan 1-5 menit setelah bayi dilahirkan ini meliputi pemeriksaan tekanan darah, kepadatan massa otot, warna kulit dan kemampuan refleks.

Semoga bermanfaat, wassalam.

Sumber: http://www.detikhealth.com/read/2011/07/22/155859/1687249/763/prestasi-anak-di-sekolah-bisa-diprediksi-sejak-lahir?ld991103763
baca selengkapnya- Prestasi Sekolah Bisa Diprediksi Sejak Anak Lahir

Selasa

Tips Mengatasi Separation Anxiety Atau Ketakutan Balita


Assalamualaikum wrwb, salam cerdas kreatif.

Separation Anxiety adalah ketakutan pada bayi/balita yang bercirikan selalu mengekor orang tua, menangis jika orang tua tidak terlihat, takut pada orang asing, sering bangun malam dan menangis ingin orang tuanya dekat serta langsung diam atau memeluk jika orang tuanya dekat.

Cara mengatasi Separation Anxiety, antara lain dengan :

Meminimalkan kemungkinan berpisah. Main permainan ciluk ba atau sembunyikan barang merupakan cara yang baik mengajarkan bayi untuk memahami bahwa sesuatu yang tidak kelihatan bukan berarti menghilang selamanya.

Latihan untuk berpisah secara cepat. Sepanjang hari coba tinggal bayi selama beberapa saat, misalnya pergi ke ruangan lain. Ini akan mengajarkan bayi bahwa “mama pergi pasti kembali”. Selain itu, membiarkan bayi bermain sendiri juga baik untuk membantu kreativitas dan kemandirian.

Saat harus meninggalkan bayi, jangan kabur saat dia tidak melihat. Karena ini akan menimbulkan ketakutan yang lebih besar dan akhirnya si bayi akan semakin tidak bisa lepas dari Anda. Orang tua terutama ibu yg mau meninggalkan anaknya harus yakin bahwa anak ditinggal dgn orang yg dipercaya dan anak merasa nyaman dgn orang itu. Kalau hati ibu tenang, anak jg tenang. Feeling ibu dan anak biasanya nyambung.


Jangan terburu – buru untuk berpisah, tapi jangan terlalu lama juga. Bayi dapat merasakan kegelisahan kita karena itu bantulah dia berpisah dengan cara yang lugas dan tenang. Kalau kita sendiri berpisah dengan deraian air mata, di jamin si bayi pasti akan lebih sedih lagi. Berpisahlah dengan senyum.

Tinggalkan bayi dengan orang yang familiar, buat dia percaya pada orang disekelilingnya saat kita tidak ada.

Alihkan perhatian bayi. Jika bayi mulai pergi meninggalkan Anda biarkan dia bereksplorasi, tentunya kita tetap mengintip atau mendengarkan untuk memastikan dia aman.

Semoga bermanfaat, wassalam.

Sumber: id.shvoong.com
baca selengkapnya- Tips Mengatasi Separation Anxiety Atau Ketakutan Balita

Senin

Haruskah Balita Masuk Play Group atau Pra-Sekolah?


Assalamualaikum wrwb, salam cerdas kreatif.

Banyak sekolah-sekolah untuk balita (playgroup) sekarang ini bermunculan, paling tidak membuat para orang tua berpikir juga apakah balitanya harus masuk ke sekolah-sekolah tersebut?

Menurut Anna Surti Ariani, S.Psi, pakar perkembangan dan pendidikan anak, masuk playgroup itu TIDAK HARUS. Selama ada yang bisa menjaga anak dengan aman di rumah dan mampu menstimulasi dengan baik, balita tidak harus masuk playgroup. Dan sepanjang orangtua atau pengasuh mampu menerapkan berbagai parenting style yang tepat, anak tak harus masuk sekolah sebelum usia 4 tahun. “Dengan pola pengasuhan yang baik di rumah, balita justru bisa bermain dengan lebih bebas dan tenang. Tentunya juga perlu tambahan pengalaman bermain di luar rumah dengan para tetangga,” terang Nina.

Soal indikator, menurut Nina berbeda untuk tiap usia. Rata-rata anak dikatakan cukup siap sekolah jika dia sudah lebih bisa mandiri dan tak terlalu menempel kepada orangtua. “Dia juga sebaiknya sudah bisa mengontrol buang airnya sehingga tak terus-terusan ngompol atau buang air besar,” jelas Nina.

Menurut Nina, anak di bawah 4 tahun boleh masuk sekolah jika syarat-syarat ini terpenuhi:

* Tidak ada yang bisa memastikan keamanan anak di rumah. Misalnya, karena yang menjaganya di rumah adalah pengasuh yang belum sepenuhnya kita percaya.
* Tidak ada yang mengerti cara menstimulasi anak sesuai usianya. Misalnya, karena anak pertama, ibu atau pengasuh hanya membiarkannya saja untuk menonton TV karena tak tahu apa yang harus dilakukan atau karena malas.
* Tidak punya waktu untuk menstimulasi, misalnya ibu bekerja.
* Tak ada yang paham tentang pengasuhan yang tepat untuk anak, sehingga anak terus saja dimarahi.
* Tak ada yang mengerti apakah anak normal atau ada gangguan dalam perkembangannya.
* Anak memang betul-betul terlihat punya minat pergi ke sekolah, tapi yang terakhir ini tak boleh dipaksa, karena walaupun berminat, mungkin saja sesekali dia malas sekolah.


Jangan memaksa! Orang tua jangan terlalu bergantung pada sekolah. Sekarang ini ada beberapa sekolah yang menerima anak kurang dari 6 bulan. Sebenarnya, anak akan lebih baik berkembang di rumah dalam masa balitanya. Jangan memaksakan anak untuk sekolah terlalu dini. Menurut banyak penelitian, anak yang terlalu muda bersekolah, mungkin saja bisa mengikuti pelajaran tapi seringkali memiliki masalah dalam perkembangan emosi dan sosialnya kelak. Pilih sekolah yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan balita.

Memilih Prasekolah. Menurut Nina, sekolah terbaik itu tak ada. Yang ada adalah sekolah yang paling tepat untuk balita kita. Contohnya, sekolah harus tidak terlalu jauh dari rumah, paling jauh adalah 30 menit perjalanan (Menghitungnya bukan dari jarak tempuh namun waktu tempuh, mengingat sekarang jalanan begitu macet). Jika anak aktif, ada baiknya bersekolah di sekolah yang memiliki halaman luas dengan kurikulum yang memungkinkan balita punya berbagai kegiatan aktif. Sementara untuk anak yang cenderung pemalu, lebih baik pilih yang jumlah anak di kelasnya sedikit saja atau guru berhasil mengenalkan anak kepada beberapa teman yang minatnya sama (tentu saja baik sekali kalau guru mengenal anak secara pribadi).”

Bagi orangtua yang merasa perlu memasukkan balitanya ke prasekolah, penting untuk mengecek apakah anaknya berkembang sesuai dengan usianya atau ada keterlambatan yang harus segera dikejar,” terang Nina. Karena, tujuan sekolah di usia dini bukanlah untuk mempersiapkan diri masuk SD, tapi lebih berupa stimulasi yang tepat untuk usianya.

Faktor lain yang perlu diperhatikan untuk prasekolah terutama adalah bagaimana si guru memperhatikan dan mengasuh anak, karena guru sebetulnya adalah pengganti orangtua di sekolah. Selain itu, prasekolah sebaiknya mengutamakan anak senang sekolah, bukannya menuntut anak menguasai kurikulum tertentu. Fasilitas yang lain hanyalah tambahan.

Beberapa hal di atas bisa dijadikan bahan pertimbangan sebelum Anda memutuskan untuk memasukan anak ke sekolah dini. Jangan jadikan pra sekolah sebagai sarana untuk menjadikan anak pintar atau cerdas secara intelektual, tp lebih kepada kecerdasan emosional, ajang bermain, dan kemampuan bersosialisasi atau berinteraksi dengan teman2nya.

Bagi yg punya pengalaman menyekolahkan anaknya di play group/pra sekolah, silahkan di share pendapat dan kiat2nya.

Semoga bermanfaat, wassalam.

Sumber:http://www.kaskus.us/showthread.php?t=9052541
baca selengkapnya- Haruskah Balita Masuk Play Group atau Pra-Sekolah?

Kiat Melatih Anak Menjadi Pemimpin

Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif.

Anak Anda punya bakat jadi pemimpin? Perhatikan, apakah ia selalu "mengatur" teman-temannya mengenai permainan apa yang akan dilakukan? Apakah teman-temannya dengan sukarela mengikuti kemauannya? Apakah ia selalu berani mengungkapkan pendapatnya, dan meminta untuk diberi kesempatan menyanyi atau berdoa di depan kelas?

Mungkin, belum semua anak menunjukkan perilaku yang menunjukkan karakter seorang pemimpin. Lalu, bagaimana cara mendorong mereka untuk mengembangkan perilaku kepemimpinan?

1. Tanyai Pendapat Mereka

Saat sedang bersama-sama di rumah, tanyakan pada mereka hal-hal seperti, "Kamu mau pakai kaus yang merah atau yang biru?" Atau, "Kamu mau susu cokelat atau vanila?" Dengan menjawab pertanyaan seperti ini, mereka melatih kemampuan berbicara asertif, dan bagaimana membuat keputusan yang baik.

2. Kenalkan Mereka Pada Pemimpin
Ceritakan pada mereka mengenai sejumlah tokoh pemimpin, entah dari buku cerita, acara di TV, atau orang-orang yang ada di lingkungan Anda. Saat mereka melihat bagaimana pemimpin beraksi, mereka akan tahu bagaimana perilaku seorang pemimpin. Kelak, ia pun akan meniru tingkah laku tersebut.

3. Puji Perilaku Kepemimpinan Mereka
Jika mereka tidak tahu apa yang Anda inginkan, mereka tak akan pernah melakukannya. Karena itu, saat Anda tahu mereka melakukan suatu tindakan memimpin atau membuat keputusan yang baik, sampaikan pada mereka. Katakan, "Nah, gitu dong! Ibu senang kalau kamu mau berbagi!"

4. Lakukan Kegiatan Yang Membantu Mereka Menunjukkan Kemampuan Memimpin
Kenalkan mereka pada kegiatan-kegiatan yang membantu mereka melakukan kemampuan memimpin. Misalnya, membantu mengatur barisan teman-temannya saat acara outing dari sekolah. Ketika mereka dibiasakan untuk melakukan hal-hal seperti ini, mereka juga akan mampu mempraktekkannya di rumah maupun di tempat lain.

5. Bantu Mereka Menentukan Tujuan Pribadi
Ketika mereka menentukan tujuan untuk diri mereka sendiri, yang tak ada hubungannya dengan kepentingan orang lain, otomatis mereka akan mendemonstrasikan kemampuan leadership. Sebab, mereka akan memimpin diri mereka sendiri.

Semoga bermanfaat, wassalam.

Sumber: http://female.kompas.com/read/2011/03/22/1229159/5.Cara.Melatih.Anak.Jadi.Pemimpin
baca selengkapnya- Kiat Melatih Anak Menjadi Pemimpin
Kata Sahabat :