Panduan dan Tips Praktis Edukasi Dunia Anak agar lebih imajinatif, cerdas dan kreatif bersama Mind Mapping, Glenn Doman, Multiple Intellegence, Brain Games, Memory, Dongeng, Cerita, Puisi, Gambar, Kartun Lucu, dan lainnya.

Kumpulan Game Kreatif, Brain Games, Brain Test

Minggu

Benarkah Ada Anak Nakal?

Assalamualaikum wr wb, salam cerdas kreatif

Seperti halnya kita orang tua, anak-anak pun juga memiliki watak ganda. Kadang menyenangkan, kadang menjengkelkan. Di sebuah kantor, saya pernah melihat seorang karyawan, yang karena sebuah persoalan harus mengajak serta anaknya. Anak ini berlari-lari riang tanpa rasa takut, main teriak sana-sini, dan meskipun terganggu, orang-orang mencoba memakluminya.Puncaknya ketika anak ini, sambil berlari menabok pantat seseorang tanpa pernah menduga, bahwa pemilik pantat itu adalah atasan bapaknya.

Di sebuah kampung, ada anak yang seluruh penderitaannya gagal memancing iba, gara-gara ulahnya sendiri. Dari semua sisi, ia sebetulnya anak sengsara. Hidup cuma bersama ibunya, bapaknya telah meninggal dan ibunya menganggur pula. Tapi anak ini memiliki kemampuan ekstra dalam meludah dan ia kerap meludahi siapa saja lebih-lebih kepadaorang yang iseng menggodanya.

Seperti Anda, saya juga penyuka anak-anak, atau setidaknya bukan jenis manusia yang jahat terhadap anak. Tapi pengalaman berikut ini membingungkan saya. Ada seorang kawan yang di antara kami selalu menjaga kesopanan dalam pergaulan. Kesopanan itu pula yangsaya peragakan ketika suatu kali kamibertemu dia bersama anak kecilnya. Anak yang tampak sehat dan cerdas dan dengan gaya orang tua penyayang anak, saya menggodanya. Tapi balasannya adalah gamparan keras tepat di mata saya.

Sepintar saya bersikap ramah, semulia apapun hati saya, tamparan ini membuat mata saya merah dan berair. Membutuhkan waktu ekstra bagi saya untuk menenangkan diri, menahan malu dan masih pula harus menentramkan hati orang tua si anak yang harus tak enak hati. Si kawan ini meminta maaf dengan gegap gempita, danuntuk menenangkan hatinya, sayatetap mengoda anak ini, mencoba tertawa-tawa, mengelus-elus pantanya, tapi sebetunya yang saya lalukan adalah diam-diam mencubitnya, kerassekali, tanpa orang tuanya tahu bahwa saya telah melunaskan sakit hati ini.

Sakit hati seperti itu tentu sesuatu yang saya sesali. Menyadari bahwa ternyata saya juga seorang pendendam, bahkan terhadap anak kecil, adalah kenyataan yang membuat saya kecewa pada diri sendiri. Tapi kekecewaan serupa ternyata bisa terus saya ulangi. Kejengkelan saya terhadap anak-anak seperti godaan yang harus saya akrapi.

Misalnya terhadap anak tetangga yang ini, yang jika harus bertandang ke rumah langsung mengobrak-abrik apa saja. Repotnya, anak ini benar-benar menganggap semua orang tua di dunia ini adalah orang tuanya. Semuanya harus serba boleh, termasuk mencoret-coret tembok rumah, memreteli mainan, dan membongkari barang-barang. Jika kami menegurnya baik-baik, ia tak merasa, jika kami menghardiknya ia melawan, jika kami mencowel pantatnya, ia ganti akan memainkan cakarnya. Jika kami mendelik ia akan menggeram. Horor sekali perlawanan anak ini dan ini membuat kami malu jika harus terprovokasi.

Pendek kata habis akal kami mengadapi anak ini. Semua jenis hardikan tak mempan untuknya karena tak pernah ia tanggapi. Cara satu-satunya adalah memutuskan kata tidak bagi anak ini ketika hendakmain ke rumah. Kami putuskan untuk berceraisecara pergaulan kepadanya katimbang kami tersiksa oleh kenakalannya.

Sedih juga saya harus memutuskan ini. Betapa memang rendah mutu kesabaransaya. Dalam keadaan kecewa seperti ini saya jadi membayangkan wajah tokoh pecinta anak-anak, Kak Seto yang ramah itu, dengan rasa iri. Sungguh wajah yang penuh tawa dan kesabaran, wajah yang selalu di kepung anak-anak yang gembira dibuatnya. Ingin saya meminta nasihat Kak Seto bagaimana caranya sabar mengahadapi kenakalan anak seperti ini. Ingin saya berbagai pengalaman,apa cara Kak Seto jika pernah ditampar mukanya seperti saya itu.

Tapi sebelum saya ketemu Kak Seto, nasihat itu ternyata keburu diberikan oleh daun pintu rumah saya yang suatu hari terkunci, sementara anak kuncinya tertinggal di dalam. Kami yang tengah buru-buru itu malah melakukan kekeliruan yang tak perlu. Tapi semuanya sudahterlanjur. Anak kunci itu menggeletak didalam dan kami hanya bisa putus asa menatapnya.

Ada memang potensi pertolongan, tapi tak seberapa bentuknya, yakni cuma berupa lubang dari jendela yang kami lupa menguncinya dari dalam. Jendela ini bisa dibuka tapi karena bentuknya, ia cuma menyediakan sedikit lubangsaja. Siapa lagi yang sanggup menerobos lubang sempit ini, tak ada kecuali anak dengan potongan tubuh ekstra mungil dan seluruh kampung, hanya anak nakal itulah yang cocok mengembantugas ini.

Akhirnya anak inilah yang kami datangkan dengan segenap rasa malu. Dengan tubuhnya yang enteng gampang saja iamenelusup ke lubang ini unruk mengambilkan anak kunci untuk kami. Ia bangga sekali akan tugasnya dan tawanya itu jelas tawa seorang anak yang sama sekali tidak pernah menaruh dendam apapun kepada kami yang pernah dendam kepadanya itu.

Wassalam,
Penulis : Prie GS - Budayawan dan penulis SKETSA INDONESIA
http://andriewongso.com/awartikel-125-Artikel_Tetap-Anak-anak_Nakal

0 komentar:

Posting Komentar

Kata Sahabat :