Salam Cerdas Kreatif ...
Banyak kita lihat dan dengar di sekeliling kita yang kenyataannya banyak orang waktu sekolah sukses sekali karena juara terus, tapi waktu kerja engga sukses bahkan engga punya jabatan/kedudukan. Dimana yang salah ya?
Kenyataan lain, banyak anak yang oleh gurunya dianggap anak bodoh karena pelajaran membaca dan menulis saja banyak salahnya tetapi di luar sekolah (non formal) dia sangat cerdas dan kreatif. Contoh : Albert Einstein, Thoas Alfa Edison.
Hal ini banyak dipengaruhi oleh perkembangan berbagai domain tumbuh kembang yang sangat bervariasi.
Jadi ada anak yang bisa berprestasi, ditest juga oke, sangat kreatif, emosi sangat stabil, sangat koperatif, mempunyai human relation yang sangat baik, pokoknya semua oke, dengan hasil test V/P (verbal tinggi, performal tinggi).
Tetapi ternyata ada juga yang kurang cerdas, tetapi bidang minatannya terfokus.
Sedang yang sangat cerdas, bidang minatannya jadi lebar, tetapi karena perfeksionist (maunya yang terbaik dan sempurna), sehingga dia jadi pemilih sekali. Bukan hanya soal ilmu ilmu yang dipilihnya juga dalam kehidupannya sehari-hari, seperti milih teman dengan kriteria yang abrakadabra, baju yang apik apik berselera, mainan yang mahal-mahal, dan semacamnya.
Berbeda dengan yang kurang cerdas tadi, bajunya rapih tapi itu-itu saja. Sehingga potongannya jadi sederhana, tetapi dia enjoy aja.
Sementara itu ada juga yang sama sekali engga punya prestasi, tapi
kalau ditest ya bagus. Konon katanya anak begini yang mempunyai
faalangst (perasaan yang berlebihan), karena saking perfeksionistnya jadi takut berbuat salah. Kalau lingkungan engga menunjang misalnya fihak orang tua dan
sekolah, maka anak ini menjadi menderita apa yang disebut faalangst
negatif, dia malah minderan dan engga PD.
Bisa berupa faalangst sosial maupun faalangst kognitif, juga sangat takut mengembangkan kreativitasnya, jadi akhirnya selain sosialnya engga bisa dikembangkan dengan baik, prestasi sekolahnya juga merosot. Apalagi anak begini terlalu sensitif, itu bawaan dari sananya, sehingga
segala sesuatu buatnya malah dirasa memberatkan.
Anak anak begini memerlukan bimbingan psikologi, dan membutuhkan dukungan pengembangan prestasinya.
Ada juga, anak anak yang ternyata sukses itu, ternyata perkembangan masa kecilnya tidak harmonis (fisik, fisiologis, sosial, psikologis, dan kognitif) sehingga mengalami suatu perkembangan yang berbeda dengan anak-anak lain.
Anak seperti ini sering dianggap bodo, dan engga sukses dalam pendidikan anak normal, karena membutuhkan metoda yang berbeda, misalnya saja, ia visual learner yang hebat dengan fotografis memory visual yang tinggi, anak begini engga bisa diajarin membaca dengan cara anak-anak alin. Jadi sering dianggap bodoh.
Dalam test inteligensia, ia sering menunjukkan profil yang engga rata dan engga harmonis. Kalau dirata-ratakan rendah sekali, kayaknya sepeti tidak peduli/acuh untuk belajar gitu, padahal ya engga. Tetapi karena ia mempunyai kemampuan analisis yang tingi dan kreatif, anak begini kelaknya saat ia bisa mengembangkan sendiri jati dirinya, justru seringkali malah lebih sukses daripada teman temannya yang mendapat angka baik, tapi kurang kreatif.
Artinya sekarang, bahwa anak cerdas dan berbakat itu macam-macam, untuk penangannannya juga macam-macam, tergantung kebutuhannya apa, engga bisa diseragamkan seperti program anak berbakatnya Indonesia, yang lebih berupa program pemampatan pendidikan, karena materinya sama dengan program reguler, diperlakukan sama untuk setiap anak berbakat, dan dikejar target.
Jelas engga bisa begitu, sebab setiap anak cerdas dan berbakat juga mempunyai karakteristik yang beda-beda.
Semoga bermanfaat ya .... salam.
Banyak kita lihat dan dengar di sekeliling kita yang kenyataannya banyak orang waktu sekolah sukses sekali karena juara terus, tapi waktu kerja engga sukses bahkan engga punya jabatan/kedudukan. Dimana yang salah ya?
Kenyataan lain, banyak anak yang oleh gurunya dianggap anak bodoh karena pelajaran membaca dan menulis saja banyak salahnya tetapi di luar sekolah (non formal) dia sangat cerdas dan kreatif. Contoh : Albert Einstein, Thoas Alfa Edison.
Hal ini banyak dipengaruhi oleh perkembangan berbagai domain tumbuh kembang yang sangat bervariasi.
Jadi ada anak yang bisa berprestasi, ditest juga oke, sangat kreatif, emosi sangat stabil, sangat koperatif, mempunyai human relation yang sangat baik, pokoknya semua oke, dengan hasil test V/P (verbal tinggi, performal tinggi).
Tetapi ternyata ada juga yang kurang cerdas, tetapi bidang minatannya terfokus.
Sedang yang sangat cerdas, bidang minatannya jadi lebar, tetapi karena perfeksionist (maunya yang terbaik dan sempurna), sehingga dia jadi pemilih sekali. Bukan hanya soal ilmu ilmu yang dipilihnya juga dalam kehidupannya sehari-hari, seperti milih teman dengan kriteria yang abrakadabra, baju yang apik apik berselera, mainan yang mahal-mahal, dan semacamnya.
Berbeda dengan yang kurang cerdas tadi, bajunya rapih tapi itu-itu saja. Sehingga potongannya jadi sederhana, tetapi dia enjoy aja.
Sementara itu ada juga yang sama sekali engga punya prestasi, tapi
kalau ditest ya bagus. Konon katanya anak begini yang mempunyai
faalangst (perasaan yang berlebihan), karena saking perfeksionistnya jadi takut berbuat salah. Kalau lingkungan engga menunjang misalnya fihak orang tua dan
sekolah, maka anak ini menjadi menderita apa yang disebut faalangst
negatif, dia malah minderan dan engga PD.
Bisa berupa faalangst sosial maupun faalangst kognitif, juga sangat takut mengembangkan kreativitasnya, jadi akhirnya selain sosialnya engga bisa dikembangkan dengan baik, prestasi sekolahnya juga merosot. Apalagi anak begini terlalu sensitif, itu bawaan dari sananya, sehingga
segala sesuatu buatnya malah dirasa memberatkan.
Anak anak begini memerlukan bimbingan psikologi, dan membutuhkan dukungan pengembangan prestasinya.
Ada juga, anak anak yang ternyata sukses itu, ternyata perkembangan masa kecilnya tidak harmonis (fisik, fisiologis, sosial, psikologis, dan kognitif) sehingga mengalami suatu perkembangan yang berbeda dengan anak-anak lain.
Anak seperti ini sering dianggap bodo, dan engga sukses dalam pendidikan anak normal, karena membutuhkan metoda yang berbeda, misalnya saja, ia visual learner yang hebat dengan fotografis memory visual yang tinggi, anak begini engga bisa diajarin membaca dengan cara anak-anak alin. Jadi sering dianggap bodoh.
Dalam test inteligensia, ia sering menunjukkan profil yang engga rata dan engga harmonis. Kalau dirata-ratakan rendah sekali, kayaknya sepeti tidak peduli/acuh untuk belajar gitu, padahal ya engga. Tetapi karena ia mempunyai kemampuan analisis yang tingi dan kreatif, anak begini kelaknya saat ia bisa mengembangkan sendiri jati dirinya, justru seringkali malah lebih sukses daripada teman temannya yang mendapat angka baik, tapi kurang kreatif.
Artinya sekarang, bahwa anak cerdas dan berbakat itu macam-macam, untuk penangannannya juga macam-macam, tergantung kebutuhannya apa, engga bisa diseragamkan seperti program anak berbakatnya Indonesia, yang lebih berupa program pemampatan pendidikan, karena materinya sama dengan program reguler, diperlakukan sama untuk setiap anak berbakat, dan dikejar target.
Jelas engga bisa begitu, sebab setiap anak cerdas dan berbakat juga mempunyai karakteristik yang beda-beda.
Semoga bermanfaat ya .... salam.
0 komentar:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* : 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Posting Komentar